Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Menikah Berarti Mengurangi Separuh Hak

Diperbarui: 11 Juli 2024   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar ; cahayanabawi.com

Hari itu di beranda medsos, saya mendapati quote yang cukup unik. Yaitu, bahwa "Menikah berarti mengurangi separuh hak, dan melipatgandakan kewajiban" dari filsuf Arthur Schopenhauer. Saya mengaminkan quote tersebut, disatu sisi membuat berpikir lebih dalam.

Benar, bahwa menikah ibarat menyediakan diri. Menerima tanggung jawab baru, yang notabene lebih berat tantangannya. Bahwa memiliki istri/ suami, kemudian memiliki anak-anak. Seperti melipatgandakan kewajiban, yang sama saja bakalan merepotkan diri sendiri.

Tetapi, ada yang sangat unik. 

Sebagian besar orang, bersedia menikah untuk hal tersebut. Buktinya kalau tiba lebaran haji, banyak tenda hajatan pernikahan berdiri. Baik di gedung maupun di rumah, gelaran resepsi beruntun diadakan.

------

Lagi-lagi, menikah itu sebenarnya unik. Disadari atau tidak, banyak kisah ketidakenakan menikah tersaji di medsos.

Mulai dari proses menuju menikah, tahapannya dibilang tidaklah instan. Laki laki dan perempuan, perlu waktu untuk menemukan. Ada yang musti menanti lama, ada yang dengan proses dijodohkan, dan lain sebagainya. Belum lagi, drama menjelang pernikahan, ada saja.

dokpri

Laki-laki dewasa, musti berusaha keras menyakinkan hati calon istri dan keluarga besar. Kemudian setelah syah, suami punya tugas tidaklah ringan. Menunaikan kewajiban menafkahi, menampung keluhan dan tuntutan ini dan itu.

Pun perempuan dewasa yang sendiri, tak serta merta bersedia menerima pinangan lelaki. Musti penuh pertimbangan, menimbang calon imam yang memimpinnya di waktu yang panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline