Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Hangat, Gayeng, dan Melow di Peluncuran Dua Novel Karya Yon Bayu

Diperbarui: 5 November 2023   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok - om Yon

Jujurly, salah satu profesi yang saya kagumi adalah novelis. Mereka ibarat multi keilmuan, mampu menulis dan meramu cerita dari ragam sudut pandang. Kehebatan ini yang saya batin, ketika hadir di peluncuran novel "KELIR" dan "PRASA : Operasi Tanpa Nama", karya Yon Bayu Wahyono, di akhir Oktober lalu di PDS. HB. Jassin- TIM- Jakarta Pusat.

Meski belum membaca dua novel tersebut, saya cukup dibuat penasaran. Setelah mendengar pertanyaan, disampaikan beberapa peserta di sesi tanya jawab. Penanya yang mengaku sudah membaca, tergelitik dengan proses kreatif si penulis. Apakah penulis juga menyepi ke satu tempat, kemudian melakukan  ritual kejawen.

Om Yon, sapaan akrab saya ke penulis. Dengan latar belakang sebagai jurnalis, cukuplah menjadi jawaban. Pengamatan beliau di bidang politik, kelas marginal, tidak perlu diragukan. Apalagi juga pernah menggawangi majalah MISTERI, tentunya membuat beliau memiliki referensi cukup valid soal dunia klenik.

Meski demikian, om Yon tidak mau membongkar lebih jauh proses kreatif itu. Kecuali menyerahkan kepada pembaca, bermain dengan imajinasi dan persepsi masing-masing.

"Karya sastra dibaca sepuluh orang akan melahirkan 10 bahkan 11 tafsir. Karya fiksi adalah gambaran universal sebisa mungkin melampaui ruang dan waktu," ujar Om Yon

-----

KELIR. Memotret kecenderungan umum laki-laki Jawa, ketika menapaki usia senja. Merasa dirinya telah selesai, menjalani pertarungan di gelanggang hidup, guna menemukan jati diri. Kebiasaan di masa lalu lelaki Jawa, yaitu menepi di gua, gunung atau semedi di tempat sepi.

Lelaki sepuh, tenggelam dalam lamunan panjang. Menyelami pertanyaan, tentang sangkan paraning dumadi. Yaitu dari mana berasal, untuk apa hidup di dunia, dan ke mana setelah kehidupan selesai dijalani.

Tersebut nama Hamoroto, mantan tentara berpangkat kapten. Dia sangat memercayai, akan kebangkitan Majapahit dan agama kapitayan -- agama orang jawa, saya kebayang kejawen. Namun Hamaroto kecewa, lantaran ramalan kedatangan Sabdo Palon dan Naya Genggong tidak terbukti.

Btw, Sabda Palon dan Naya Genggong pernah berjanji, akan kembali sesudah 500 tahun dari keruntuhan Kerajaan Majapahit. Keduanya adalah punakawan, meninggalkan Prabu Brawijaya V yang masuk Islam. Mereka pergi demi meneguhkan, keyakinan yang sudah dipegang lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline