Di usia yang sudah tidak muda ini, (setidaknya) saya telah mereguk banyak pengalaman hidup. Baik pengalaman dialami sendiri, maupun pengalaman dari melihat orang terdekat atau orang lain.
Dari sekian banyak kejadian tersebut, mengantarkan saya pada sebuah sikap. Bahwa dalam hidup ini, tidak ada yang sungguh-sungguh ideal. Manusia menjalani hari demi hari, diliputi oleh ketidakpastian demi ketidakpastian.
Keadaan yang sekarang sedang terjadi, sangat mungkin besok atau lusa berubah sedemikian lekasnya. Kita manusia, sangat awam terhadap detik ke detik berikutnya.
Sedih senang, bahagia nestapa, tangis dan tawa, jaraknya hanya sejengkal saja. Maka kita musti terus berusaha, mengelola batin agar tidak muncul sikap jumawa.
So, jalani saja karena hidup memang serandom ini.
------
Saya ada kenalan, yang tidak akrab-akrab banget. Bisa dibilang hanya sekadar tahu saja, bisa jadi yang bersangkutan tidak hapal nama saya. Seorang bapak-bapak seumuran saya, anak mbarepnya juga sepantaran mbarep saya.
Bapak ini dulunya berbadan tambun, dengan kulit sawo matang tetapi bersih. Pilihan dan gaya berpenampilannya keren, merepresentasikan orang yang berduit. Meski demikian di pandangan saya, beliau orang yang ramah. Berbaur dan bergaul cukup baik, dengan tetangga dan warga sekitar tempat tinggal.
Lama saya tidak melihat, tau-tau dibuat sangat pangling dengan penampilan barunya. Muncul dengan tubuh kurus, wajahnya kuyu dan pucat pasi. Kala itu beliau bercerita, sedang sakit dan butuh waktu untuk memulihkan kondisi tubuh. Otomatis tidak bisa bekerja dengan leluasa, akhirnya mengalami kesulitan keuangan.
Setelah kabar yang miris itu, saya tidak pernah menemui atau melihatnya lagi. Hingga lagi-lagi dibuat kaget, melihat kenalan ini dengan wajah yang mulai segar. Meski tak setambun dulu, tapi badannya tampak ideal dan sehat.