Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Inilah Kesempatan Ayah untuk Meraih Sebaik-baik Sedekah

Diperbarui: 5 Februari 2023   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

"Lakukan ikhtiar semaksimal mungkin. Sembuh atau tidak itu urusan Allah. Namun perlu kita ingat, bahwa setiap ikhtiar menyembuhkan adalah ibadah. Setiap rupiah yang keluar untuk keluarga adalah sebaik-baik sedekah. Dan setiap waktu yang habis untuk kebaikan keluarga adalah investasi hingga ke surga - @fitirankadir


Kompasianer, saya mengikuti kajian Ustad Fitrian Kadir, sejak bergabung di group telegram sebuah kelompok pencari ilmu. Saya yang fakir ilmu, merasakan banyak manfaat dari kelompok ini. Quote-quote mencerahkan, video pendek inspiratif, artikel artikel bernas kerap dibagikan.

Khusus dengan Ustad muda, saya terkesan dengan keluasan ilmunya. Setiap mengulas ayat Al Quran, begitu detil dan mendalam. Dipilihlah bahasa yang mudah dipahami, sehingga meresap dan sampai ke hati---Semoga beliau istiqomah, aamiin.

Kemudian saya mengirim pertemanan di medsos, alhamdulillah diapprove. Setiap postingan sang ustad, muncul dan update di timeline medsos saya. Beberapa konten diupload, sangat relate dengan kejadian saya alami. Sungguh mengena di benak, dan (tak jarang) saya kepikiran berhari-hari.

Menghayati sebuah kejadian, sembari mereguk hikmahnya sungguh sebuah kenikmatan. Apalagi terkait dengan pengalaman (yang terkesan) memilukan, nyatanya justru mengandung hikmah sangat luar biasa. Semisal ujian sakit dan atau kesempitan, betapa mendalam pelajaran didapatkan setelahnya.

Sebenarnya bagi kaum berpikir, ujian kesenangan, ujian kelapangan, kesehatan, dan semacamnya, sama sekali bukan sebuah keistimewaan. Malahan lebih mudah melenakan dan mengeraskan hati, apabila tak dibarengi dengan tolabul ilmi. Justru kita yang sedang bersuka cita, semestinya lebih waspada-- wallahu a'lam.

----

Saya yakin, Kompasianers belum hilang, bagaimana rekaman suasana pandemi sedang menanjak. Sebagian besar kita, dilanda kegelisahan dalam banyak hal. Merasakan kesempitan, dalam menjemput nafkah keluarga. Akibat banyak pekerjaan dicancel sepihak, bahkan banyak diantara kita, teman, kerabat, yang dirumahkan dari tempat bekerja. Akibat kantor untuk beraktifitas, tutup permanen karena terus merugi alias bangkrut.

Dan tak kalah memedihkan, adalah ujian sakit di saat pandemi. Kapasitas Rumah sakit overload, biaya berobat melambung tinggi-- sesuai hukum pasar. Tak kalah challenging-nya, adalah 'berburu' obat ke apotek. Jenis obat dicari banyak orang adalah obat sama, sehingga lekas habis dan kosong. Kalapun ada, harganya berkali lipat.

Hati ini remuk, membaca dan atau mendengar kabar duka. Berita sedih mula-mula datang dari orang tidak kita kenal, berganti ke  nama nama cukup tersohor. Berikutnya teman jauh, hanya satu dua kali ketemu dan minim berkomunikasi. Setelahnya kenalan tidak terlalu akrab, teman yang kenalnya biasa saja, sahabat karib. Kabar menyesakkan terus mendekat, merambat ke lingkaran terdekat. Ada tetangga, saudara ipar, keponakan, orangtua, terus merapat dan merapat.

Huuuh (menghela nafas dulu...), saya termasuk orang yang mengalami semua ini. Dari kehilangan pekerjaan, berlaku super hemat, dibuat deg-degan dengan kabar duka di WAG keluarga. Juga mengurusi orang terdekat sedang sakit, ketika pandemi merebak, ketika rumah sakit dan tenaga kesehatan kuwalahan. Merebak santer terdengar kabar, orang sakit apapun akan dicovidkan kalau sudah masuk Rumah Sakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline