Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Menikah Itu untuk Lebih dari Sekadar Bahagia

Diperbarui: 6 Juli 2022   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

 

"Buat apa merrid, kalau bikin hidup terkekang"

"Makin ke sini gue makin yakin, menikah bukan satu-satunya jalan untuk bahagia"

"Melajang, membuat gue bebas dan bahagia"


Kompasianer, kehadiran medsos benar-benar menjadi ajang mengekspresikan diri.  Tempat manusia modern, menampilkan gaya hidup, jalan pikiran, pencapaian, dan banyak hal lainnya.  Termasuk ajang mengukuhkan sikap, seseorang yang tidak ingin menikah.

Ada satu akun di tiktok yang kerap fyp, mengetengahkan konten si pemilik akun yang tidak ingin menikah. Saya menyimpulkan beberapa pernyataan, lebih kurang ada  di awal artikel ini (atau semisal). Kemudian menjadi alasan tidak menikah.

Entahlah, kalimat tersebut apakah tulus diucapkan. Atau (sekedar) pembelaan diri, karena belum bersua jodoh. Atau kemungkinan sudah patah arang, karena sering dilanda kegagalan. Atau ada alasan, yang hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.

Sungguh, saya sangat tidak setuju hal ini. Namun menahan diri nimbrung, selain tidak kenal juga belum menemukan moment tepat. Lebih lagi sudah banyak komentar, mewakili ketidaksetujuan saya. Dan pemilik akun membantah, tentu dengan pendapat (versi) pribadi.

Pertanyaan- pertanyaan netizen cenderung nyinyir, bahkan sampai menyerang pribadi. Diladeni satu persatu oleh pemilik akun, dengan garis muka kesal dan tidak suka. Ada satu konten yang juga fyp, bahwa si pemilik akan menutup akunnya.

Begitulah resio bermedsos, musti siap dinyinyiri. Apabila sikap diambil sekiranya, tidak seperti sikap orang kebanyakan.

Misalnya, pertanyaan siapa yang merawat di masa tua dan sakit. Seketika dijawab dengan, akan menerapkan gaya hidup sehat dan menyiapkan asuransi kesehatan. Sehingga di masa tua memiliki badan sehat walafiat, kalaupun sakit telah disediakan dana yang mengcover.

Kemudian pertanyaan soal mengatasi rasa kesepian, ketika berusia lanjut dan hidup sebatangkara. Maka dijawab dengan menjalin pertemanan yang luas, sehingga meminimalisir datangnya rasa kesepian. Dan seterusnya dan seterusnya.

Semua jawaban, (menurut saya) mengacu pada kondisi- kondisi yang ideal.

Padahal kenyataan hidup, tak akan semulus sesuai teori manusia. Bahwa hidup sangat mungkin bergulir, tidak sesuai perencanaan manusia. Setidaknya, itu yang sudah saya rasakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline