Dua bulan terakhir, saya memiliki hobi baru. Kegemaran yang murah meriah, dan bisa menjadi sarana refreshing. Bagi yang sedang mengencangkan ikat pinggang, piknik dengan naik commuter line bisa menjadi alternatif solusi.
Apalagi sekarang, stasiun-stasiun di Jabodetabek sedang giat-giatnya bersolek. Selain menghadirkan fasilitas demi kenyaman pengguna, beberapa stasiun memiliki keunikan dan penampilan berbeda. Ada stasiun yang kental suasana heritage, satu diantaranya stasiun Tanjung Priuk.
Baca : Menikmati Sudut Batavia di Stasiun Tanjung Priuk
Ada satu stasiun tak kalah unik, suasana masa lalu masih terasa dan sengaja dipertahankan. Adalah stasiun Rangkasbitung (RK) atau masyarakat setempat menyebut Stasiun Rangkas. Dengan melihat design dan material bangunan, sudah berhasil menghadirkan vibes jadul.
Stasiun Rangkasbitung adalah stasiun kereta api kelas besar tipe C, berlokasi di Muara Ciujung Timur, Rangkasbitung, Lebak Banten. Stasiun yang berada di ketinggian +22 meter, menjadi stasiun utama di Provinsi Banten.
Teman-teman yang dari Jakarta, bisa naik KRL Commmuter line dari stasiun Tanah Abang mengambil Jurusan Rangkasbitung (biasanya di peron 5/6). Atau kalau bosan mennunggu jadwal, bisa naik jurusan Maja atau Parung Panjang setelahnya nyambung ke Rangasbitung.
Kalau mau lebih santai, sebaiknya mengambil waktu di luar jam sibuk (jam kerja) atau di akhir pekan. Dijamin tidak berdesak-desakan, sekaligus bisa menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Bener deh, pikiran jadi segar melihat pemandangan hijau.
Jujurly, kalau ke daerah lebak, saya jadi ingat buku karya Max Havelar. Dengan tokoh Saijah dan Adindanya, yang kini dijadikan nama taman dan perpustakaan di daerah Lebak Banten. Kalau ingin mengunjungi perpustakaan ini, dari stasiun Rangkasbitung bisa melanjutkan dengan transportasi publik lainnya.
------
Stasiun Rangkasbitung, pernah tercatat dalam sejarah kelam bangsa ini. Dahulu terdapat percabangan jalur kereta api, menuju Labuan melewati Pandeglang. Namun jalur ini direaktif sejak tahun 1984. Selain itu ada percabangan jalur lain, di Saketi menuju Bayah yang dibangun oleh romusha.