Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Pengin Pasangan Bukan Perkara Pengin Romantis-romantisan

Diperbarui: 17 Desember 2021   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar | Dokpri

Ketika stalking di medsos, saya sempat terhenti di satu akun. Dan memutar berulang sebuah konten video, yang isinya sangat related dengan kehidupan setiap orang. Yaitu keinginan hadirnya pasangan, yang akan melengkapi hidupnya.  

Di konten video tersebut ada dua footage, pasangan muda sedang ngobrol seru di pinggir sebuah danau, kemudian dirender dengan obrolan di tempat camping yang hijau. Dari bahasa tubuh dan garis mimik keduanya jelas, berlangsung obrolan santai dan gayeng berjalan dua arah.

Layaknya pasangan pada umumnya, sedang bertukar pikiran tentang topik apa saja.  Suasana di video terasa syahdu, ketika ditimpa musik latar dan voice over  empuk yang (menurut saya) begitu menyatu.

Sebagai penikmat konten di medsos, saya sangat terbantu dengan subtitle yang dituliskan di layar. Sehingga bisa mengikuti kata per kata sang dubber, sekaligus menangkap dan meresapi pesan disampaikan.

Sekarang gue baru paham, kenapa orang-orang  pengin punya pasangan. 

Bukan perkara pengin romantis-romantisan. 

Tetapi sesimple karena we need someone to talk, we need some one to understand what our felling.

Tempat berkeluh kesah, tempat buat sharing, tempat buat cerita apapun yang ada di isi kepala.

Soal keinginan hadirnya pasangan hidup, adalah keinginan yang sangat manusiawi. Demikian sunatullah berlaku, di kitab suci jelas termaktub bahwa Sang Khaliq menciptakan manusia berpasangan. 

Sebagai manusia (mengaku) beriman, saya meyakini kebenaran sabda-Nya.Bahwa sejatinya setiap orang disediakan belahan jiwa, tugas kita adalah menjemput semampunya. Soal jalan ditempuh penuh liku, itu menjadi tantangan setiap orang menghadapi.  

Setiap orang selalu berusaha memantaskan diri, mengelola kesabaran agar berbuah di kemudian hari.

Menyimak dan mengikuti konten tersebut, saya seperti kilas balik pada pengalaman masa lampau.  Bagaimana upaya keras dikerahkan, sembari menjumputi sisa sabar untuk bersua belahan jiwa. 

Ujian datang dari segala arah, nyaris menuntun ke tebing putus asa. Bagi pejuang belahan jiwa, saya yakin mengalami hal serupa. Selayaknya di kemudian hari, mensyukuri proses tidak mudah tersebut. 

Bahwa kesulitan yang pernah diarungi, bisa menjadi alasan menjaga kekasih sejati sekuat tenaga.Karena kedatangan sesorang yang misteri ini, sungguh menguras energi jiwa maupun raga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline