Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Kalau Tidak Ingin Rusak Pertemanan, Stop Bertanya "Kapan Nikah?"

Diperbarui: 24 November 2021   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pernikahan. (ilustrasi pribadi)

Membaca status yang lewat beranda di medsos, saya ikut merasakan sebegitu geram, marah dan jengkelnya si penulis.

Di statusnya yang panjang, pemilik status menyayangkan kekonsistenan orang yang menanyakan status kejomloan, sampai setiap ucapan dan tindakan selalu dihubungkan dengan kebelumnikahan si pembuat status.

Padahal saudara bukan, kerabat bukan, sahabat dijamin bukan, temanpun kemungkinan sekedar kenal.

Entah benar atau tidak, sekilas saya menebak ada terbersit maksud tidak baik dibalik pertanyaan "kapan nikah" tersebut. Biasanya, tujuan pertanyaan itu tidak lain kecuali untuk menjatuhkan mental.

Kalau maksud dari  pertanyaan itu baik, niscaya caranya (baik pilihan kalimat, bahasa tubuh, tekanan dan waktunya) membuat nyaman yang ditanya. Padahal kalaupun suatu saat yang ditanya benar-benar menikah, belum tentu orang yang usil bersedia membantu atau berkontribusi.

Misalnya menyokong pengadaan catering, atau bersedia direpotin mengurus ini dan itu di hari pernikahan. Saya pernah mengalami, saya pernah di posisi pemilik status tersebut.

---

Mendekati usia tiga puluh, tiba-tiba ibu saya berubah menjadi sangat cerewet. Setiap kali menelpon, pertanyaan itu-itu saja yang dilontarkan.

Saya sempat dibuat sebal dengan sikap ibu, tetapi tidak sampai marah apalagi dimasukkan hati. Karena saya sangat paham dan percaya, bahwa ibu orang yang tulus dan bermaksud baik untuk anaknya.

"Ayo to le. Kalau ditunda-tunda, ibu kasian masa tuamu nanti," ujar ibu saat saya mudik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline