Belakangan di beranda media sosial, status pilu bertebaran bergantian saban waktu. Tidak peduli tua tak peduli muda, tak pandang status sosial dan ekonomi. Sakit atau virus tidak memilih memilah, hinggap di golongan atau strata mana.
Kabar sedih beredar, mula mula dari teman jauh (sekedar tahu atau sekedar berteman di medsos). Kemudian status serupa dari teman kenal di medsos, tetapi belum pernah ketemu darat.
Berikutnya saudara teman yang kita juga kenal, teman yang sama-sama mengenal baik, teman satu WA group, begitu seterusnya.
Semakin hari kesedihan datang di lingkaran dekat, dari orang- orang yang tak jauh dari jangkauan tangan. Entah di lingkungan RT, tetangga sebelah rumah, di keluarga besar, keluarga sendiri.
Duh, sedih. Nyaris setiap hari satu persatu orang dikenal tinggal nama. Tidak hanya di kota tempat merantau, kabar duka datang dari kampung halaman.
Ibu saya yang sudah sepuh, semakin hati hati menjaga diri. Sekaligus mewanti-wanti anak, cucu, dan cicit, selalu menjaga kesehatan, rajin mengonsumsi vitamin dan seterusnya.
Di masa sekarang, kesehatan benar-benar harta tak ternilai. Di saat seperti ini, Saya memaknai sehat secara lebih mendalam.
Kalau sebelumnya terkesan cuek atau sedikit abai. Maka sekarang pandangan saya jauh berbeda, apalagi yang sudah mengalami sakit atau mengurus orang sakit.
Tetapi sejatinya rasa sakit, mengantarkan hikmah tak terperi.
----
Kepada kenalan, teman, tetangga, saudara, yang sedang sakit atau mengurusi orang sakit. Sungguh saya menaruh simpati mendalam.