Pernah pada suatu waktu, tiba-tiba saya mendapati Inbox dari teman lama (sebut saja Z). Melalui obrolan online itu, saya mencium aroma dan menarik kesimpulan ada masalah tentang hubungan Z dengan sang istri.
Saya memposisikan diri sebagai "pendengar" saja, tidak memberi masukan apalagi nasehat karena memang teman ini (sepertinya) butuh pelampiasan kesal saja.
Kemudian pada kesempatan berikutnya, (tanpa sengaja) dari sumber lain (baca teman) saya mendengar alasan di balik kondisi rumah tangga Z.
Bahwa pria nelangsa ini, tidak menjalankan fungsi sebagaimana mestinya (sebagai tulang punggung) di rumah tangga.
Si istri yang mengambil peran bekerja keras, menanggung dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Keadaan demikian berlangsung dalam waktu panjang, secara perlahan terjadi pergeseran peran.
Nyaris semua keputusan penting di rumah tersebut, tergantung kepada keputusan sang istri.
Mulai dari menyekolahkan anak, membeli kendaraan bermotor dan sebagainya.
Keadaan demikian (mau tak mau) tidak bisa ditutupi di depan mata buah hati, sehingga anak-anak bisa mengambil kesimpulan sendiri.
Sementara si suami tidak tumbuh kepekaan dan merasa nyaman, padahal istri sudah terang-terangan menyampaikan bahwa keadaan tersebut tidak sehat.
Hingga akhirnya sampai pada puncaknya, pria bertubuh gempal ini "tidak dianggap" oleh istri.