Kompasianer, coba deh perhatikan. Belakangan ini, muncul gerakan sosial di mana mana. Gerakan dalam skala kecil, tapi dilakukan dan menular ke banyak tempat. Saya sendiri sangat senang, dan berusaha meleburkan diri dengan cara dan sebisa saya.
Di Tangsel berdiri dapur rakyat, yang menyediakan nasi kotak untuk pekerja harian dan warga rentan terdampak gerakan stay at home.
Melalui Ketapels saya ikut mengabarkan keberadaan dapur rakyat, uniknya mereka menerima donasi tidak dalam bentuk uang.
Melainkan dalam bentuk tenaga memasak, tenaga packing, dan tenaga distribusi. Sumbangan juga bisa berupa bahan olahan seperti mie instan, minyak, bihun, tempe, telur dan lain sebagainya.
Dan ada dua teman Ketapels, yang merespon ajakan kemudian berjibaku di dapur ikut memasak.
Sementara di tempat lain, beberapa video berseliweran di TL medsos saya. Ada yang keliling dan bagi-bagi sembako, menyasar pada pedagang kecil dan pemulung.
Ada yang bagi-bagi masker dan hand sanitizer, bahkan ada yang membagi uang cash, kepada orang yang lalu lalang di jalanan.
Beberapa teman pengurus komunitas, sedang bergerak mengumpulkan donasi, kemudian akan dikirim melalui ojol, dan koordinasi dengan voulenter.
Saya ikut ambil bagian bersama komunitas blogger, yang nantinya menyasar pada orang di sekitar atau lingkungan terdekat.
Sebelum wabah Covid-19, sebenarnya jiwa sosial itu sudah ada meski tidak terlalu muncul ke permukaan. Misalnya pada bulan Ramadan, moment ini dimanfaatkan untuk berbagi takjil menu buka puasa dan sebagainya.
Dan yang paling kerap kita temui adalah selepas sholat jumat, di beberapa masjid rutin dibagikan nasi bungkus atau panganan kue.