"Percuma mengangkat budaya jika kita tak berbudaya" Yongki Ongestu - Sutradara
Sebuah sore, di bilangan Alam Sutera Tangerang Selatan. Suasana terasa hangat, ketika saya terlibat dalam bincang santai seputar film Detak. Jurnalis dan Blogger, bersua dengan Ibu Aryanna Yuris (Produser) dan Bapak Yongki Ongestu (Sutradara).
Jujur, sejak kali pertama menginjakkan kaki. Saya merasa akan betah berlama-lama, berada di ruangan kantor ini. Di lantai dua, kami duduk di kursi kotak berbalut kain hitam. Kursi panjang tanpa sandaran ( di desa saya namanya lincak), menjadi penopang minuman hangat dan snack. Semua yang ada di ruangan, mendukung untuk terciptanya suasana ngobrol yang gayeng dan hangat.
------
Di kantor Aenigma Picture, saya menyimak penjelasan proses produksi dan behind the scene (BTS) film berjudul Detak. Film yang mengangkat budaya daerah Banyumas. Yaitu tari lengger. "Ini bukan film horor, tapi drama misteri," tegas Yongki.
Persiapan dilakukan cukup matang, sebelum produksi dilakukan survey ke daerah asal tarian khas ini. Mendatangi dan mewawancarai praktisi, seniman tari dan tokoh masyarakat setempat. Salah satunya adalah Pak Kendar, seorang pemain calung senior, yang mengatakan bahwa tarian lengger digelar untuk merayakan panen.
Dela Dartyan (pemeran Sukma), rela tinggal satu setengah bulan sebelum shoting dimulai. Demi belajar tari lengger, serta mengamati kebiasaan dan logat masyarakat Banyumas.
Tak ketinggalan Refal Hady ( pemeran dr. Jati), belajar metode bedah jahit dan memeriksa pasien. Untuk perannya sebagai dokter ahli bedah toraks kardiovaskular. Melakukan transformasi fisik, dengan pemasangan wig setiap take.
Sinopsis
Warga setempat mulai hilang, sejak kedatangan seorang dokter dari kota. Dibalik penampilan yang sopan dan pendiam, ternyata dr. Jati adalah seorang psikopat. Sukma, calon penari lengger. Warga setempat mempercayai, bahwa si penari yang bisa menjauhkan desa dari malapetaka.