Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Biar Saja Dibilang Telat Menikah, yang Penting...

Diperbarui: 6 November 2019   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: titikdua.net

Sewaktu masih tinggal di rumah kontrakan, ada ibu petugas pembayaran listrik yang akrab dengan istri. Seorang ibu paruh baya, menilik raut dan perawakan, saya tebak umurnya beberapa tahun di atas saya. Tentu saya turut senang dengan keakraban tersebut, kalau ngantor (setidaknya) istri jadi punya teman di rumah.

Kebetulan lokasi loket pembayaran listrik, tidak jauh dari rumah kontrakan jadi sewaktu waktu si ibu mampir. Kadang pas jam  makan siang, datang sekalian membawa makanan sembari ngobrol. Kadang membawa bahan lauk atau sayur mentah, kemudian dimasak dan dimakan bersama istri. 

Sikap ngopeni juga ditunjukkan, sehingga anak kami (waktu itu sulung kami masih kecil) cepat akrab. Tak enggan membawa atau membelikan mainan arau jajanan, kalau istri tampak repot dan anak nangis langsung digendongnya.

Pernah pada hari ulang tahun kedua si jagoan, sebuah mainan kereta api dijadikan kado (saya tahu, mainan ini harganya mahal). Kedekatan yang tulus, membuat anak kami memanggil bunda dan ditanggapi dengan baik panggilan ini.

Perkiraan saya tentang usia ternyata tidak salah, kata istri bahwa teman akrab ini usianya tiga tahun di atas saya. Dan satu lagi tambahan informasi, kalau si bunda ternyata belum menikah alias masih gadis. Entah apa alasannya istri tidak mau menceritakan, dan saya tak tertarik bertanya lebih lanjut.

Tetapi ada sikap yang membuat kami salut, yaitu usahanya menemukan tambatan hati tak pernah padam. "Bantuin gue dong, kali aja ada temen lu atau temen suami lu yang nyari bini," ujar istri menirukan ucapan kawan karib ini.

Mendengar ulang kisah si ibu, saya salut angkat topi dengan usaha tak kenal lelah, demi bersua belahan jiwa. Pada usia (kala itu) jelang 40 tahun, semangat menemukan laki-laki idaman tak juga padam.

dokpri

Sementara beberapa kenalan yang pernah saya temui, pada usia 33 tahun ke atas tampak kurang semangat menemukan pasangan. Bahkan ada yang ogah-ogahan , dengan mengatakan "Ngapain sih, hidup pakai ada merrid segala" ujar seorang teman  perempuan menahan kesal

-----

Tahun ketiga tinggal di kontrakan, alhamdulillah kami bisa membeli rumah baru. Rumah idaman meski tak besar, hanya berjarak sekira 2 - 3 KM dari rumah kontrakan. Ketika bersiap pindah, si ibu ringan tangan membantu packing barang. "Jangan lupa ya, kali aja ada yang temen lu atau temen suami lu nyari istri" pesannya diulangi. 

Saya dan istri tahu dan memahami, di usia yang sudah tidak muda, teman ini kerap memikirkan tentang masa tuanya. Baginya kesendirian tak diinginkan, karena tak ingin selamanya tinggal bersama orangtua yang sudah sepuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline