Ada mitos, bahwa ibu hamil diusahakan (dengan sangat) jangan menangis. Konon (masih menurut mitos), perasaan sedih si ibu akan menular ke anaknya. Dulu, sewaktu istri saya hamil dan hendak menangis, sebagai calon ayah, saya mengingatkan agar segera menyudahi tangisan.
Padahal, nggak begitu juga lho---hehehehe. Susah kan, orang yang hendak atau sedang menangis, pas sedang dipuncaknya malah diminta menghentikan. Namanya juga sama-sama belum tahu, istri manut sembari berusaha menahan tangis, yang ada malah keluar sesenggukan. Kalau ingat kejadian ini, rasanya kasihan banget saya---hehehehe.
Pada acara talkshow dengan tema "Kehamilan Beresiko Tinggi," saya seperti 'dikuliti' atas ketidak tahuan tersebut. Dari sudut pandang psikologis, tidak ada yang salah (atau dilarang) dengan ibu hamil yang menangis. Menangis, bisa menjadi salah satu cara untuk melepaskan stres.
Jadi tidak selalu benar, bahwa menangis diklaim semata-mata sebagai ekspresi rasa sedih yang (nantinya) akan berdampak pada janin. Justru kalau ditahan tangisannya, yang ada stresnya bertambah dan berpengaruh pada bayi.
***
Mendengar, menyimak pemaparan Psikolog Putu Andini, MpSI, saya seperti ditarik keluar dari cangkang ketidaktahuan selama ini. Hamil, adalah tahap penting bagi seorang ibu. Tantangan yang dihadapi ibu hamil di setiap trisemester berbeda, hal ini membuat si ibu terkaget-kaget.
"Ibu hamil itu rentan stres" ujar Putu Andini.
Bagaimana tidak rentan stres, kalau pada tri semester pertama, bumil mudah kelelahan, mual dan muntah. Kemudian di tri semester kedua, perut bagian bawah tertekan, keram, kaki bengkak ringan, hidung tersumbat, biasanya mulai ngidam.
Selanjutnya di tri semester ketiga (tujuh bulan ke atas), bumil mulai kerap sembelit, heart burn (panas dari bagian bawah sampai tenggorokan), kontraksi palsu, masalah cerna dan yang tak bisa dihindarkan adalah susah tidur.
Kebayang kan, bagaimana berat tantangan ibu hamil. Setiap saat setiap hari, ada saja perubahan dirasakan belum lagi ada pantangan makan ini dan itu. Tantangan semakin tinggi, apabila bumil punya kehamilan resiko tinggi.
Maka kalau ada yang bilang ibu hamil jangan menangis, berarti belum pernah hamil atau bisa jadi suami atau ayah yang belum paham. Padahal kalau ibu hamil tidak nangis, yang ada justru memendam stres.
Ibu Hamil Harus Happy
Masih menurut Andini, dalam ilmu psikologi ada cara efektif untuk menanggulangi stres pada ibu hamil (atau berlaku untuk siapa saja). Adalah support system, bisa menjadi cara membantu ibu hamil bangkit dari situasi stres.