Siapa tidak kenal dengan dua nama besar, saya sebutkan di judul artikel ini. Pecinta film Indonesia, saya yakin sudah tidak asing lagi. Keduanya adalah dua legenda perfilman, yang telah membaktikan hidupnya untuk dunia film Indonesia.
Kalau menarik benang merah, konsistensi menjadi kata kunci dari keduanya, dan hal ini sangat bisa diberlakukan di semua bidang profesi dan atau pekerjaan.
Orang-orang yang menonjol di bidangnya, lazimnya adalah orang yang tekun penuh totalitas. Menyediakan diri dan bertahan saat mengalami naik turun dan jatuh bangun pada profesi yang dilakoni. Mereka adalah orang-orang tangguh, memberi ruh pada apa yang tengah dikerjakan.
Untuk mencapai sukses, di semua bidang pekerjaan butuh proses panjang, tidak jarang ada iming-iming meloncat ke bidang lain yang sekiranya (dianggap) lebih menjanjikan.
Malcolm Gladwell dalam buku Outliers menyampaikan, "Kesuksesan adalah rangkaian dari latihan dan praktek berkepanjangan tiada henti dan tiada jenuh, Sukses praktek 10.000 jam, akan menjadikan anda seorang yang ahli dalam bidangnya, mastery in a field."
-----
Nama Suzzana, identik dengan peran-perannya di film horor, sepeninggalnya (menurut hemat saya) belum ada yang bisa menggantikan. Coba saja perhatikan, siapa yang bisa mencontoh keotentikannya dalam membawakan karakter di film horor.
Suzzana berkecimpung di layar perak mulai tahun 50-an, film berjudul "Darah dan Doa" menjadi debut pertama di usia masih belia. Film-film selanjutnya, menilik dari judulnya, seperti Asmara Dara, Bertamasja, Antara Timur dan Barat dsbg), bukanlah judul film bergenre horor.
Baru di tahun 70-an, perempuan kelahiran Bogor 13 Oktober 1942 ini, seperti menemukan kekhususan (niche) di dunia film. Layar lebar berjudul "Bernafas dalam lumpur", mengantarkan dan kemudian mematrikan namanya menjadi legenda horor Indonesia.
Berderet film horor selanjutnya dibintangi, seperti "Sundel Bolong","Nyi Blorong", "Nyi Ageng Ratu Pemikat"," Ratu Sakti Calon Arang", hingga film terakhir dibintangi (sebelum berpulang) di tahun 2008 "Hantu Ambulance" semakin mengokohkan ketokohannya di peran horor.
Hanya dengan melihat wajah dan tatapan mata Suzzanna saja, penonton seperti diajak merasakan suasana mistis dan dibawa pada aura horor. Ya, karakter horor, seolah menjadi satu kesatuan dengan Suzzana.