Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Mengatasi Pertengkaran Anak dengan Sepupu

Diperbarui: 16 Juli 2019   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi-dokpri

Di usia satu tahun pernikahan, seorang teman di kantor lama mengajak istri pindah dan tinggal di rumah kontrakan.  Merasa tidak nyaman di rumah mertua menjadi alasan utama, lebih-lebih saban hari mendapati anak bertengkar dengan keponakan.

"Pengin rasanya marah sama ponakan, tapi gue gak lakuin itu," ujarnya dilematis.

Sebagai ayah, saya sangat paham posisi teman yang serba salah, marah dengan keponakan berarti berurusan dengan kakak (orangtua si anak)

Kompasianers yang sudah berkeluarga, saya yakin pernah berada di situasi yang mirip dengan kisah teman lama saya. Yaitu mendapati anak menangis dan mengadu, sehabis berantem dengan sepupunya. Saya pernah mengalami hal serupa, kala itu anak nangis karena rebutan mainanan dengan saudara tuanya (anak dari kakak) -- dan itu wajar sih.

Resiko tinggal berdekatan, atau tinggal seatap di rumah orangtua bersama saudara lain (yang sudah berkeluarga), salah satunya adalah anak berantem. Masalah terkait anak-anak bisa datang setiap saat, orangtua musti belajar menahan diri, menyiapkan stok kesabaran lebih banyak.

Idealnya, keponakan (anak dari kakak atau adik) sudah dianggap seperti anak sendiri, selain masih memiliki hubungan darah, ikatan kekeluargaan ini akan dibawa sepanjang hayat.

"Tapi kalau ngontrak, gue itung-itung, gaji belum cukup," lanjut teman dengan muka lesu.

Tak sekecap-pun saya berpendapat, meski  ada pendangan teman ini yang tidak saya setujui. Karena selain tidak diminta pendapat, saya merasa waktunya belum tepat, memberi masukan kepadanya.

Dan akhirnya, niat pindah diurungkan !

---oo00oo---

ilustrasi-dokpri

Namanya juga anak kecil berkumpul,  sudah biasa kalau ada rame-rame dan berantemnya. Terdengar tangisan dari salah satu atau keduanya, kemudian mengadu kepada ayah dan ibunya. Sebaiknya orangtua menanggapi dengan kepala dingin, jangan gampang terpancing emosi, karena musti pikir panjang akibatnya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline