Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Meskipun Dianjurkan Agama, (Saya Yakin) Tidak Semua Pria Ingin Poligami

Diperbarui: 11 Juli 2019   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi: Shutterstock

Nabi Muhammad SAW, nabi utama agama Islam melakukan praktik poligami pada delapan tahun sisa hidupnya, sebelumnya ia beristri hanya satu orang selama 28 tahun. Setelah istrinya saat itu meninggal (Khadijah) barulah ia menikah dengan beberapa wanita. Kebanyakan dari mereka yang diperistri Muhammad adalah janda mati, kecuali Aisyah (putri sahabatnya Abu Bakar).

Masih terekam jelas di benak, dua momen istimewa yang tak bakal terlupa sepanjang hayat dikandung badan. Adalah dini hari sebelum adzan subuh berkumandang, dan satu lagi selepas waktu maghrib menuju isya.

Di ruangan yang didominasi warna putih, waktu berjalan begitu lambat dan jantung seolah hendak lepas dari tempatnya. Melihat dokter dan perawat berjibaku, calon ayah ini hanya bisa terpaku sambil merapal doa. Sementara telapak tangan istri, mengenggam erat tangan suami, seolah tak mau sedetik pun berjarak, memastikan si suami berada di samping turut merasakan apa yang dirasakan.

Wahai para suami dan para ayah yang baik, tentu sangat beruntung apabila berkesempatan mendampingi istri saat melahirkan. Detik detik menegangkan tersebut, sekaligus akan menjadi momen istimewa, yang niscaya dapat merekatkan ikatan suami istri.

Mengikuti tahap demi tahap dalam proses melahirkan, bagi saya adalah waktu yang cukup monumental dan bersejarah sepanjang hidup. Makanya kalau ada yang mengumpamakan, bahwa melahirkan adalah pertaruhan nyawa, saya rasa memang benar dan begitu kenyataannya.

Perjuangan berat menjadi ibu saat melahirkan, adalah ketika melewati pembukaan demi pembukaan, puncaknya ketika kepala calon bayi mendesak jalan lahir. Saat ubun-ubun dari kepala calon bayi mulai tampak, perjuangan sang ibu terasa semakin berat, kala itu saya tak henti menyemangati.

"Yuk, kita hitung bareng dan semua yang di sini bantu ngeden," dokter menyemangati.

"Satu, Dua, Heekkkk, kepala bayi sudah maju. Yuk ulang lagi. Satu, dua, hekkkk. LAGI. Satu, dua, hekkk...." Begitu kepala bayi keluar maka proses melahirkan dilalui.

ilustrasi-dokpri

Dan suasana berubah pecah, ketika tangis jabang bayi dinanti memenuhi ruangan. Kami semua lega, sementara istri tampak kelelahan dengan wajah pucat pasi. Dua kali mendampingi istri melahirkan, saya seperti berutang budi kepadanya, dan tekad melindungi dan membahagiakan seolah tidak terbendung.

---

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline