Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Berbukalah dengan yang (Bukan Sembarang) Manis!

Diperbarui: 21 Mei 2019   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, beliau berkata,

 "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air" (HR. Ahmad, Abu Dawud, sanadnya shahih)

"Kok, sudah ada iklan syrup, berarti sebentar lagi puasa ya" celetuk seorang teman di statusnya di medsos. Saya sendiri juga menandai begitu---hehehe--, datangnya puasa identik dengan ditayangkannya iklan produk syrup di televisi. Iklan ini (baca syrup), biasanya diputar serentak di beberapa stasiun televisi, sekira dua atau tiga minggu sebelum bulan Ramadan tiba. Namanya juga iklan, tujuannya mempengaruhi pemirsa, untuk membeli dan mengonsumsi.

Ada kalimat cukup familiar di indera pendengaran (kerap ditirukan beberapa orang dewasa atau anak-anak), adalah "Berbukalah dengan yang manis-manis." Efek kalimat familiar ini memang dahsyat, banyak diantara kita, ketika berbuka selalu dengan yang manis, seperti teh manis, es buah, kolak, syrup dan makanan sejenisnya.

Sore di bulan Ramadan jelang berbuka, riuh pasar kaget di beberapa tempat strategis, menjual aneka panganan manis dengan warna-warni dan penampilan menggoda. Sungguh bikin mupeng orang lewat dan melihat, secara psikologis berhasil mengundang orang membeli, seolah menjawab slogan "berbukalah dengan yang manis-manis."

Saya sangat sepakat, beberapa riwayat menyampaikan, bahwa bulan Ramadan adalah bulan penuh berkah dan rahmat.  Contoh paling nyata, adalah melihat sebegitu banyak pedagang di arena ngabuburit, ketika pulang dagangannya ludes, atau beberapa menyisakan sedikit.

--------

Seminggu yang lalu, tanggal 17 Mei 2019, saya berkesempatan hadir di kantor Kementrian Kesehatan, dalam Peringatan hari Hipertensi Sedunia. Dalam pemaparannya narsum dr Lusiani, SpPD, K.KV, FINASIM, mewakili Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia menyampaikan, bahwa faktor obesitas dan pola makan tidak sehat ditengarai sebagai pemicu terjadinya hipertensi (selain beberapa faktor lainnya).

dr Lusiani, SpPD, K.KV, FINASIM - dokpri

Orang yang gemar asupan tinggi garam dan gula, suka mengonsumsi fast food/ junk food, makanan kaleng yang mengandung bahan pengawet, ditambah malas bergerak (olahraga), dalam jangka waktu panjang, akan berisiko terhadap Penyakit Tidak Menular (satu diantaranya Hipertensi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline