Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Begini Cara Makan Nikmat Tapi Badan Tetap Ideal!

Diperbarui: 8 April 2019   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Belakangan, mulai ramai orang menggelar hajatan pernikahan, baik diadakan di gedung atau di kampung, baik menyewa hotel mewah atau cukup rumah. Semua sih sama saja, namanya penikahan intinya hanya satu, yaitu agar mempelai menjadi pasangan suami istri yang syah.

Setiap acara yang mengundang orang banyak, tidak bisa dihindarkan adalah menyajikan menu, tuan rumah berusaha mempersembahkan yang terbaik. Makanan (bisa dikategorikan) menyangkut harga diri, kalau disuguhkan sekedarnya saja, bisa dibatin tamu yang sudah jauh-jauh datang.

"Gak Menghormati tamu", "Ini yang punya hajat, pelit banget ya", "Masak, tamu belum habis, makanan sudah tandas". Begitulah omongan berseliweran, kadang membuat tuan rumah merasa tidak nyaman, sehingga tidak mau ambil resiko penilaian orang.

Demi memantaskan diri, pengundang (biasanya) rela menyediakan aneka menu dalam jumlah dua kali lipat undangan yang disebar. Menu dipilih juga yang istimewa, makanan utama dengan daging berkualitas dan diperhatikan makanan pendukungnya, tak lupa makanan pembuka dan disediakan penutup.

Dokumentasi pribadi

Logikanya memang benar, satu undangan (umumnya) terdiri dari suami istri dan mengajak serta anak masih kecil -- satu undangan untuk dua dewasa satu anak.

Pikir pengundang, daripada kekurangan makanan beresiko menanggung malu, lebih baik berlebih dan akan lebih mudah mencari orang untuk menghabiskan.

Sungguh saya prihatin dan miris, melihat makanan enak dan mahal, ditelantarkan di sana sini, bahkan ada yang baru dicolek sedikit sekilas tampak utuh. Daging belum juga separuh tersentuh, soup masih setengah mangkok ditinggal begitu saja, daging ayam masih nempel tulang baru satu gigitan.

Duh, piring-piring ukuran jumbo itu berserakan, padahal belum juga tandas makanan di atasnya, mau tidak mau sajian separuh dimakan terpaksa dianggap sampah. Gelas-gelas berdetingan, mangkok ngumpet di bawah meja, piring buah bertengger di dudukan kursi, sendok dan garpu lintang pukang,

Dokumentasi pribadi

Sayang banget ya, padahal di luaran sana masih banyak sekali orang tidak makan, sementara di tempat hajatan makanan malah dibuang-buang tanpa rasa sayang. Begitulah dampak dari konsep prasamanan, orang cenderung tidak pikir panjang, bebas mengambil makanan apapun sesuka hati.

Namanya juga manusia, lebih sering tidak bisa mengontrol nafsu, apabila dihadapannya dihamparkan makanan berlimpah ruah dan gratis pula. Saya yakin, orang yang mengambil makanan dengan nafsu berlebih, biasanya tidak terlalu aware dengan cita rasa makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline