Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Dukung Target Kurangi 70% Sampah Plastik di Laut

Diperbarui: 1 Maret 2019   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: djarumfoudation

Mengacu data Indonesia Plastik Asosiasi menyebutkan, bahwa kebutuhan plastik Indonesia meningkat sampai kapasitas 2.66 juta ton. Sementara problem kita, sampah plastik belum terkelola dengan baik, sehingga berdampak tidak bagus bagi lingkungan.

Perlu diakui dalam keseharian, kita nyaris tidak pernah lepas berurusan dengan bahan baku plastik  (bahan mengandung polimer). Mulai dari baju yang kita pakai, sandal, sepatu, tas, casing handphone, gelas plastik, piring plastik dan masih banyak benda berbahan plastik digunakan.

Eit's masih ada lagi, kalau kita pergi ke mall, cafe, restoran, working space atau lokasi publik yang--biasanya--instagramable. Spot-spot menarik sebagai tempat berfoto, biasanya dipasang  rumput dan pohon pohon lucu dengan dedaunan hijau merambat, pada waktu dipegang ternyata terbuat dari plastik.

Mengapa industri suka plastik?

Karena plastik mudah diproduksi, bisa dibentuk sesuai karakteristik diinginkan, tahan lama, kedap air, resistance terhadap panas, tahan medan magnet, tidak getas, dan lain sebagainya.

Terus masalahnya apa?

Setelah benda berbahan plastik selesai digunakan, biasanya langsung dibuang (dianggap sampah) dan ternyata butuh waktu lama untuk mengurai.

Bayangkan, kalau ada satu plastik saja yang tertimbun tanah, butuh waktu panjang agar plastik menyatu dengan tanah. Bagaimana kalau sepuluh plastik, bagaimana kalau satu kwintal, satu ton plastik dikubur di tanah, akan berdampak pada kelestarian lingkungan.

Cerita sampah memang bukan masalah ringan, jangan sampai menggagalkan upaya konservasi lingkungan dilakukan pihak yang peduli.

gunung sampah bantar gebang- dokpri

Saya tinggal, di lingkungan perumahan lama (dibangun tahun 80-an), dulunya terkenal dengan predikat daerah banjir. Kontur tanahnya cekung seperti piring, ditengah perumahan dibelah sungai (posisi sungai persis pada cekungan)

Saking seringnya banjir, banyak rumah (dekat sungai) dikosongkan oleh pemiliknya, beberapa dijual dengan harga sangat miring--itupun belum tentu laku. Rupanya kebiasaan membuang sampah di sungai, kerap dilakukan warga (terutama) yang rumahnya dipinggir aliran sungai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline