Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Atraksi Barongsai dan Pengalaman Imlek Perdana

Diperbarui: 5 Februari 2019   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

atraksi barongsai - dokpri

Suara tambur bertalu-talu, berpadu bunyi simbal dan pukulan gong di selanya. Pada awal tahun 2000-an, bebunyian ini masih terdengar aneh di telinga saya.

Saat itu di daerah Pandegiling Surabaya, saya sedang ada keperluan, kebetulan hanya beberapa meter terdapat tempat ibadah Konghucu. 

"Dung-dung-dung-dung-dung-dung-dung-dung- CRAZZ-CRAZZ- CRAZZ- thung-thung" "Dung-CRAZZ-dung- CRAZZ -dung- CRAZZ -dung- CRAZZ - thung-thung-thung"

Kami yang berada di dalam ruangan sontak berhamburan, penasaran dengan bunyi musik dan keramaian apa yang tengah terjadi.

"Iku opo tho rek"

"Ora ngerti aku"

Saya yang berdarah jawa thotok (ayah ibu asli jawa), di usia seperempat abad kala itu, baru kali pertama melihat atraksi sejenis di depan mata.

Sebelumnya saya hanya akrab dengan kesenian reog plus kuda lumpingnya, itupun hanya bisa disaksikan pada perayaan tertentu,

"Dung-dung-dung-dung-dung-dung-dung-dung- Suara tambur terdengar paling dominan, dipukul (mungkin) pada hitungan setengah atau seperempat saking kerapnya.

Sementara bunyi "CRAZZ- CRAZZ", bunyi hasil pertemuan dua simbal bulat, guna mengimbangi tambur dan membentuk harmonisasi nada yang pas.

Satu alat musik yang tidak asing bagi saya, adalah gong ukuran kecil, "thung-thung-thung" membawa ingatan ke masa SD, setiap pelajaran kesenian untuk kelasa karawitan saya kerap pegang gong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline