Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Mengapa Jodoh Belum Juga Datang?

Diperbarui: 9 Oktober 2018   06:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi- dokpri

"Kalau ada teman cewek, kenalin ya." satu pesan masuk ke HP

Sepuluh tahun silam,  ada teman --  semasa masih kuliah--, sudah masuk umur tigapuluhan. Beberapa kali mengirim pesan, minta tolong dicarikan kenalan yang bisa diajak serius (untuk menikah pastinya). Rupanya orang tuanya terus mendesak, agar anak ragilnya segera mencari istri, mengingat umur yang terus bertambah. 

Memang benar kata pepatah, bahwa "Jodoh ada di tangan Tuhan." Tapi tetap saja ada andil, dari dalam diri manusia itu sendiri. Dengan cara berusaha, bagaimana agar jodoh itu bisa didekatkan. Ibarat kita disediakan (rejeki berupa) makanan di meja prasmanan, ada andil kita untuk mengambil piring, menyendokan nasi, mengambil lauk pauk, sayur mayur, untuk kemudian bisa menyantapnya.

*Balik ke urusan teman--  Jujur, untuk urusan mencomblangi, sebenarnya saya tidak terlalu punya kapasitas. Selain tidak punya pengalaman, saya orangnya sungkan kalau disuruh bertanya masalah sensitif. Tetapi demi pertemanan, saya mengiyakan sebatas mencarikan kenalan saja. Meski pada ujung kalimat, saya tetap tidak berani menjanjikan.

Sebenarnya, si teman kuliah ini otaknya termasuk cukup encer ( selanjutnya saya sebut teman pintar). Hal ini dapat dilihat, dari hasil skripsi dan IPK yang cukup bagus. Saya dan beberapa teman kampus, beberapa kali minta tolong diajari mata kuliah tertentu.

Menilik penampilan fisik, --menurut saya-- juga tidak terlalu mengecewakan. Badannya relatif proporsional, cukup tinggi, tidak gemuk dan tidak terlalu kurus. Kulitnya sawo matang bersih, padu padan baju dikenakan cukup enak dilihat. Kalau dikasih nilai antara 10 - 100, -- menurut saya--  berada di kisaran 75 s/d 80 --  versi saya ya.

Melihat latar belakang keluarganya, berasal dari keluarga menengah dan tinggal di lingkungan perumahan baik dan rapi. Ayahnya pensiunan Pegawai BUMN, ibunya seorang ibu rumah tangga.

Trus kenapa, (saat itu) belum ada cewek yang berminat. Atau mungkin -- bisa jadi-- temen pintar ini ditolak, pada saat mengutarakan isi hatinya.

*Saya coba menganalisa--  Beberapa kali saya pernah mendapati, teman pintar ini meremehkan teman lain. Entah disadari atau tidak, perkataannya kadang menyinggung perasaan -- saya sempat dibuat tersinggung.

Pernah teman satu kelas, sedang mengikuti test fisik masuk ke sebuah instansi pemerintah.  Alih-alih mendapatkan dukungan, malah dijatuhkan mental. Teman pintar menceritakan ulang kepada saya,  dengan komentar badan -- teman yang ikut test-- tidak tegap dan simetris karena tulangnya melengkung. Bicaranya sambil tertawa, sehingga saya menangkap kesan ada sikap merendahkan.

Ada satu kejadian lain, ketika saya dijadikan tempat curhat oleh teman yang tersinggung ucapan teman pintar. Ketika -- teman yang curhat-- mencoba peruntungan, melamar sebagai agen sebuah asuransi. Komentar sinis teman pintar didapati, menyatakan bahwa dirinya tidak berbakat meyakinkan orang. Bicaranya dinilai kurang percaya diri, kerap gagap dan kurang bisa memilih kata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline