Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Buah Hati Baru Masuk Pesantren, Ini Tips Atasi Rasa Kangen pada Anak

Diperbarui: 13 Juli 2018   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melepas anak ke pesantren (Koleksi pribadi)

Memutuskan anak masuk ke Pondok Pesantren, memang sebaiknya tidak buru-buru. Banyak hal perlu dipersiapkan, agar si anak dan atau orang tua siap dengan konsekuensi. Semua keadaaan diperkirakan, sangat bisa dikondisikan dari jauh hari.

Misalnya, apabila orang tua lebih dulu punya inisiatif, selepas sekolah dasar anak henda dimasukkan ke pesantren. Alangkah baiknya, perlahan mulai dibicarakan sejak anak (misal) duduk di kelas empat. Anak mulai kerap diajak ke pengajian, dilatih rutin sholat berjamaah di masjid, atau mulai diajak diskusi tentang hal paling sederhana, dikaitkan dengan ilmu agama. Pada tahap ini, orang tua benar-benar menjadi teladan.

Sama-sama berproses dengan perlahan, hingga mencapai kata sepakat antara orang tua dan anak. Keputusan mondok, sebaiknya keputusan dua belah pihak tanpa ada paksaan. Tinggal terpisah dengan orang tua, menjadi hal yang tidak ringan bagi anak-anak. Pada usia yang menginjak baliq, terbilang dini untuk merantau. Tapi kalau terjadi kesepakatan, semua dijalankan tanpa ada rasa keterpaksaan. Pihak anak dan atau orang tua, menjalani dengan hati lapang (pernah saya ulas di sini).

-00o00-

Minggu pertama anak-anak masuk pondok, biasanya menjadi minggu yang lumayan berat. Hari-hari berjalan begitu lambat, bayangan anak lekat di pelupuk mata. Persis seperti orang yang kasmaran, wajah sang pujaan selalu ikut kemana pergi.

Perasaan berat dialami orang tua (karena saya berada di pihak ini), bisa jadi anak merasakan hal serupa. Saya masih ingat, perubahan sikap dan wajah anak, ketika pamit pulang di hari pertama mengantar lelaki remaja ini ke Pondok.

Meski masing-masing kami berusaha tegar, tetap saja tidak bisa menyembunyikan perasaan sedih. Layaknya melepas sesuatu disayangi, butuh waktu untuk sampai pada tahap penerimaan.

Sampai rumah, orang tua terbayang wajah si anak, ingat kebiasaan anak pada saat masih di rumah. Rumah yang biasanya selalu ada suara ribut, mendadak sepi dan heniing. Kamar tidur biasa ditempati anak, tiba-tiba melompong tak berpenghuni.

Saya masih ingat, di awal pergi merantau puluhan tahun silam. Rasa kangen pada rumah, terasa begitu menggebu di rongga dada. Sampai terbayang setiap sudut ruangan di rumah, kursi tempat ibu menyampirkan serbet makan. Dapur penuh asap, atapnya kotor dan penuh sawang tempat laba-laba tinggal.

Mungkin saja, sekarang anak lanang saya merasakan kerinduan yang sama. Persis seperti dulu si ayah pernah merasakan, kali pertama pergi jauh dari rumah di kampung pelosok Jawa Timur.

Namun, saya percaya, tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi. Kita manusia ditahbiskan sebagai makhluk mulia, diberi kemampuan untuk beradaptasi. Seiring berjalannya waktu, kita selalu bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitar.

koleksi pribadi

Tips atasi rasa kangen pada anak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline