Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Ramadan Jangan Berlalu, Tak Kuasa Kami Menanggung Rindu

Diperbarui: 12 Juni 2018   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Ramadan di Masjid Cut Nyak Dien -dokpri

Yang generasi jadul -- termasuk saya, hehehe--, pasti tidak asing dengan lagu 'Rindu Ramadan' dari group musik Bimbo dan dinyanyikan ulang oleh penyanyi Rafika Duri (silakan googling) . Lagu berirama syahdu, dengan syair menyentuh kalbu.

Sebelum  era lagu religi, dibawakan Opick,  Maher Zein dan sekarang Sabyan, lagu-lagu Bimbo selalu akrab dengan suasana Ramadan. Pada penghujung bulan suci, khusus lagu 'Rindu Ramadan'  terasa mengena di hati.  Didengarkan dan dihayati saat keimanan sedang meningkat, akan merasakan betapa dalam makna lirik dalam lagu ini.

Saya terkesan, dengan penggalan lirik "Ya Rabbi yang Maha Kuasa, Sampaikanlah setahun umur hamba. Tahun depan kembali hamba puasa, nikmatnya iman ibadah tiada tara."

Ramadan menjadi bulan idaman para pecinta, sementara usia adalah rahasia Sang Pencipta. Maka rugilah, bagi orang yang menyia-nyiakannya. Bulan Ramadan bulan bertabur berkah, udah semestinya menjadi idaman setiap umat.

Kedahsyatan Ramadan tidak terbantahkan, baik ditinjau dari sisi logika maupun spiritual.  Bulan suci mampu menggerakkan pelakunya (orang berpuasa), berlomba berbuat kebaikan secara kolektif.
Bayangkan, secara serentak pelaku puasa melakukan hal yang sama, yaitu menahan lapar dan haus pada waktu yang terukur -- setelah subuh sampai maghrib).

Pada saat bersamaan, semua pelaku puasa sedang berperang melawan diri sendiri. Menahan diri, untuk tidak mengumpat, tidak berkata-kata yang menyakiti orang lain, tidak berujar penuh emosi dan kesia-siaan. Kapan lagi hal ini bisa terjadi, kalau tidak di bulan suci Ramadan. Ajaibnya semua perilaku (kebaikan), dilakukan dengan sepenuh kesadaran diri sendiri.

muchsinbudiono.com

Eit's, masih ada lagi. Malam di bulan Ramadan, ada ibadah spesial yaitu sholat taraweh. Perihal taraweh, saya berani menantang Kompasianer di manapun berada. Coba cari di seluruh permukaan bumi, siapa yang sholat malam (taraweh) secara kolektif di berbagai tempat di belahan bumi, kecuali di malam bulan Ramadan. Para penggenggam rindu, akan bersuka cita menjaga taraweh dari awal sampai akhir Ramadan.

 

tadarus -dokpri

Belum lagi tradisi ngabuburit (khas Indonesia banget), dengan aneka panganan yang spesial diolah jelang berbuka. Masih ada tadarus, kemudian malam peringatan turunnya Quran serta target khataman selama tigapuluh hari. Makan sahur pada sebelum subuh, besik (nyekar ke makam leluhur) mengingat para pendahulu dan seterusnya dan seterusnya.

Semua prosesi yang saya sebutkan --mungkin masih ada yang kelewat-, dijamin --sebagian besar--the only one ada di bulan Ramadan. Bagi para pecinta, tidak ada alasan, untuk tidak merindukan Ramadan. Kalau ditanya, bagian mana yang dirindukan di bulan Ramadan. Dengan segala kerendahan iman, dengan dosa yang menggunung, -- dengan rasa penuh malu menyatakan-- saya merindukan semua yang ada di Ramadan. Meski saya belum optimal meraup bulan suci ini, perkenankan saya turut meerindukan bulan suci ini.

-00o00-

Hari ke duapuluh enam malam duapuluh tujuh Ramadan, kami keluarga kecil berada di atas kereta. Meninggalkan sejenak ibukota, bergegas menuju kampung halaman. Melewati buka puasa dan menyelesaikan satu jus di hari itu di perjalanan, agar genap tigapuluh pada akhir Ramadan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline