Tantangan -- yang menyenangkan --mengawali puasa setiap hari, adalah membangunkan gadis kecil kesayangan saat sahur. Saya tidak menganggap -- kegiatan membangunkan -- sebagai hal yang memberatkan, dengan senang hati saya yang mengambil alih tugas ini. Mengingat ibunya anak-anak, sudah berkutat di dapur sejam sebelum anak-anak bangun.
Kalau anak yang besar, cukup dipanggil sekali dua kali saja sudah bangun. "Kakak, bangun yuk sudah setengah empat, waktunya sahur." Lelaki beranjak remaja ini, dengan cekatan bisa mengurus dirinya sendiri. Mengisi waktu dengan amalan Ramadan, sembari menunggu makan sahur siap dihidangkan.
Memandangi anak lanang sembari membangunkan sahur, menyadarkan betapa waktu berjalan begitu cepatnya. Tak terasa, anakku -- yang dulu nempel sama ayahnya kemana pergi--- kini sudah besar dan mulai perjaka -- tingginya hampir menyamai ibunya-
Sementara membangunkan adiknya-- yang masih kelas satu SD-- , perlu strategi dan cara khusus alias tidak bisa cepat-cepat. Sekali dua kali panggil tidak langsung bangun, tapi saya sudah hapal kebiasaan anak kesayangan (pernah ditulis di Kompasiana -- DI SINI)
Makan sebelum subuh, tentu di luar kebiasaan dan jadwal normal keseharian. Selain mata masih pengin merem, badan maunya dibungkus selimut dan nempel di kasur. Tapi justru di sini letak keberkahan itu, sehingga kita bisa menjalankan puasa sehari penuh.
Saya pernah coba puasa sunnah di luar Ramadan, karena ada keperluan mendadak terpaksa berniat batal sekitar jam delapan. Tahu --tahu rasa lapar langsung menyerang, dorongan untuk makan pagi langsung saja datang --hehehe.
Beda dengan puasa Ramadan, meski sahur hanya dengan minum air putih makan buah dan ubi atau singkong rebus, tetap saja kuat menahan lapar dan haus sampai bedug maghrib terdengar. Dahsyatnya kekuatan niat berpuasa, ibarat muasal datanganya energi kasat mata -- tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan.
Pilihan Menu Membangkitkan Semangat Sahur
Tanpa terasa, lewat seminggu puasa Ramadan tahun ini dijalani. Sejauh ini, -- alhamdulillah---anak-anak (apalagi kami orang tuanya) masih bisa menjaga puasa sehari penuh. Saya tak segan memberi pujian pada anak-anak, terutama beberapa saat setelah berbuka puasa. "Pinter anak-anak ayah, besok lanjut puasa lagi,"
Untuk terus merawat semangat, menu berbuka atau sahur perlu diperhatikan. Agar tidak bosan, bahan pangan yang sama bisa dioleh dengan cara berbeda. Misalnya ayam, kalau hari ini digoreng, besok diopor, besoknya lagi dibakar dan seterusnya. Patokan kami adalah selera anak-anak, kalau kami orang tuanya, menu apa saja bisa menyesuaikan.
Berikut Menu Sahur Keluarga, yang membuat (terutama anak-anak) -- sejauh ini -- kuat menjalankan puasa sehari penuh.
Olahan dengan Cara digoreng