Menurut saya, masalah diet bukan sekedar urusan penampilan. Sejatinya, ada goal yang lebih besar, yaitu badan sehat dan bugar. Apaguna punya badan langsing, kalau badan sakit-sakitan.
Kalaupun dampak dari diet, ternyata punya badan langsing anggap saja sebagai bonus. Karena --menurut saya lagi---sedapnya seseorang dipandang, tidak dari penampilan saja sih.
Jauh lebih dari sekedar fisik, kita menilai orang dari perilaku, kebiasaan dan bagaimana seseorang bisa membawakan diri. Oke, tapi artikel ini, membahas diet demi kesehatan.
Pagi itu, saya mendapat kabar sedih. Saudara yang ada di kampung, terserang sakit muntaber yang berkelanjutan.
Sakit --yang kelihatannya---biasa tersebut, setelah dibawa periksa ke dokter, diharuskan opname.
Hasil dari diagnosa dokter diterima, akhirnya diketahui penyebab sakit tersebut.
Badannya yang biasa segar, terlihat pucat dan lemah. Sinar matanya tampak redup, seolah merasakan penderitaan raga yang sangat.
Kini lelaki itu, lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Hanya sesekali keluar, itupun tidak bisa lama-lama.
Pangkal mulanya, pada pola makan dan asupan yang salah. Saudara saya, kurang kontrol terhadap makanan, (dulu termasuk) sempat menjadi perokok aktif.
Makanan manis menjadi hobi, tampak dari panganan yang dipilihnya. Kurang sayur dan buah, kurang minum air putih. Satu hal lagi menyebabkan sakit semakin dekat, yaitu relatif jarang berolah raga.
Pada usia setengah abad lebih, --sebelumnya-- badannya terbilang subur. Masalah badan gemuk, sudah dimiliki saudara saya sejak usia tigapuluhan.
Dengan tinggi sekitar 1.6 meter, tentu tidak tampak ideal perawakannya. Celana dan kaos, selalu mencari ukuran yang pas dengan lingkar pinggang.
Tapi jangan salah, idiom gemuk tanda kemakmuran, itu adalah hal klise. Bagi saya, tidak ada guna makmur kalau berpenyakitan. Banyak kasus, orang gemuk justru menyimpan penyakit ini dan itu