Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Ekspresikan Rasa Sayang pada Anak Sesuai Tahapannya

Diperbarui: 13 Desember 2017   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan ayah dan anak musti dipelihara -dokpri

Sejak menjadi ayah, saya cukup keranjingan membaca buku tema parenting. Beberapa judul buku, sengaja saya beli kemudian dikoleksi, bahkan ada yang dibaca berulang-ulang.

Pun kalau ada acara seminar, talkshow dan sejenisnya, mengetengahkan tema keluarga. Dengan sigap saya mendaftar,  demi memuaskan keingintahuan tentang ilmu pengasuhan.

Tidak berhenti sampai di situ, saya dan istri kerap berdiskusi tentang pola asuh. Kerap berbagi pengetahuan di rumah, setelah menimba ilmu di forum ini dan itu atau mendapati pengalaman unik.

Ada cerita menarik dikisahkan istri, sebuah kejadian di rumah makan. Kisah yang sangat keseharian,  terjadi ketika istri dan anak-anak, sedang makan siang di sebuah rumah makan.

Bersamaan itu, datang sekelompok ibu dengan anak -anak yang masih berseragam Sekolah Dasar. Kelompok ibu dan anak, rupanya baru pulang dari satu kegiatan, kemudian mampir untuk makan siang.

Kebetulan, istri kenal dengan salah satu ibu dalam kelompok tersebut. Namanya juga saling kenal, sudah pasti menyapa dan berhaha- hihi seperlunya.

Seperti pada umumnya, kalau kita datang ke rumah makan. Melihat-lihat menu, kemudian memesan makanan dan minuman yang diinginkan. Semenit dua menit berjalan, satu persatu pesanan datang. Biasanya minuman, lebih dulu datang ke meja.

Sekitar lima menit, satu persatu makanan menyusul. Namun, rupanya ada satu anak, pesanannya belum diantar pelayan. Sementara, teman lain --yang pesan lebih akhir dengan menu sama, sudah diantar oleh pelayan. 

Entah, si pelayan kelupaan atau sedang banyak pikiran atau bagaimana. Yang pasti saya yakin, kejadian ini, pasti tidak ada unsur kesengajaan.

Sontak, ada ibu setengah teriak, --ibu ini kebetulan kenal dengan istri. Masih dalam posisi duduk, ibu ini memasang muka jutek, menyalah-nyalahkan pelayan rumah makan.

Tentu, si pelayan ( yang baru sadar) merasa bersalah. Dengan cekatan, segera menyajikan pesanan anak yang kelewatan. Ibu lain -- yang anaknya pesan belakangan dilayani lebih dulu, merasa tidak enak juga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline