Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Perkawinan adalah Tentang Bagaimana Mengelola Ego

Diperbarui: 7 September 2017   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

prosesi salaing menyuapi dalam acara pernikahan, perlambang suami istri saling mengasihi -dokpri

Belakangan media sedang ramai memberitakan, kasus meninggalnya seorang pegawai sebuah Instansi di tangan suaminya sendiri. Beredar transkrip percakapan (via telepon), si istri sangat kasar ucapannya pada suami.

Kalimat terlontarkan begitu meledak ledak, umpatan dan makian meletup bertubi tubi. Beberapa kalimat disamarkan oleh media, memanggil suaminya sendiri dengan kata ganti nama binatang.

Sangat tidak harmonis hubungan terjadi, peran istri pun peran suami sedang berlangsung tidak sebagaimana mestinya. Istri tampak begitu mendominasi, sebaliknya si suami terkesan tertekan dan tiada berdaya.

Sungguh, miris dan prihatin. Wilayah private keluarga, tiba tiba menjadi konsumsi publik yang begitu luas. Alhasil membuka peluang publik, menggunjing dengan segala versi sesuai lintasan ada di kepala masing masing.

Pasca peristiwa memilukan sekaligus memalukan, yang menjadi pikiran saya adalah nasib anak-anaknya. Preseden buruk telah terjadi, pasti membekas dalam di kalbu buah hati mereka.

Anak anak merekam semua kejadian, susah dihapus sampai kapanpun. Apa yang mereka lihat dan dengar, tentu akan memberi dampak bagi psikologis anak-anak.

Saya tidak sedang menghakimi, sebagai pihak luar dan tidak kenal sama saya tidak sedang menilai tentang salah dan benar. Belajar dari kasus tersebut, ego sedang bersorak sorai memenangkan pertempuran.

Ego, menjadi muasal kejadian buruk itu. Hubungan dalam sebuah perkawinan, laksana medan perbenturan ego sepasang suami istri. Ikatan pernikahan, semestinya sebagai peluang suami dan atau istri belajar mengelola ego diri.

Mengalah satu sama lain tidaklah buruk, justru menjadi cara mengalahkan kemauan diri sendiri. Hanya sikap mengalah dengan pasangan, niscaya sebuah hubungan bisa bertahan dalam waktu panjang.

Bukankah musuh terbesar adalah diri sendiri, yaitu melawan emosi bergolak agar tidak meledak dan liar.

Saya teringat kisah Rasulullah SAW, seusai pulang dari perang badar sebuah perang paling besar sepanjang sejarah kehidupan. Baginda Nabi berkata, Kita baru pulang dari peperangan kecil menuju peperangan besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline