Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Hari Pertama Mengantar Anak ke Sekolah

Diperbarui: 18 Juli 2017   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

illustrasi - dokumentasi pribadi

Senin pagi ini menjadi hari istimewa, terutama bagi gadis kecil di rumah kami. Hari pertama masuk Madrasah Ibtidaiyah, sekolah yang diidamkan sejak bungsu bersekolah di taman kanak.

Hari ini kakak dan adik berangkat ke sekolah yang sama, perbedaanya tahun ajaran ini sulung sudah di kelas enam. Kakak beradik memakai seragam putih-putih, si kakak dengan topi di kepala sedang adiknya memakai kerudung.

Si kecil memang pengin masuk ke sekolah saudara tua, bermula saat melihat kegiatan kakak yang beraneka ragam. Sulung pernah mewakili sekolah lomba drumband dan futsal, selain itu juga ikut ekskul seperti renang, pramuka, bahasa english.

Sejak saat itu terpatri satu keinginan, si adik pengin masuk Madrasah Ibtidaiyah. Berkaca dari pengalaman anak pertama, treatment yang sama kami terapkan pada anak kedua. Membelikan buku psikotest, untuk melatih kemampuan sebelum mengikuti test sesungguhnya.

Awal masuk sekolah idaman ada kejadian penuh drama, setelah mengikuti test nama ragil kami tidak tercantum di lembar pengumuman. Merasa tak yakin dengan pengumuman via online, kami bergegas melihat secara langsung di papan pengumuman sekolah.

Mendapati kenyataan mengejutkan, kami berusaha minta waktu bertemu kepala sekolah.  Berkali kali usaha itu belum berhasil, akhirnya  pasrah melepaskan harapan yang sirna.

Gadis kecil kami ajak mendaftar sekolah lain, seminggu kemudian mengikuti test dan dinyatakan lulus. Segala persyaratan kami penuhi, seperti membayar iuran wajib dan lainnya. Kemudian masuk ke kelas baru untuk perkenalan, sekalian mengambilan lima stel seragam sekolah.

Kami berusaha berdamai dengan kenyataan, dengan sering- sering melewati calon tempat menuntut ilmu anak kami. Perlahan kami mulai menyukai sekolah baru, dengan rela hati menghapus bayangan sekolah impian.

"Nanti Adik sekolah yang pintar di sini ya" hibur kami sembari mengemudikan roda dua.

Siapa sangka keajaiban itu terjadi, saat  menunggu hari pertama masuk sekolah telepon istri berdering. Nomor belum tersimpan terpampang di display, antara yakin dan ragu telepon diangkat.

"Ibu, kami bagian Tata Usaha dari Madrasah Ibtidaiyah"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline