Masih segar terdengar kabar, meninggalnya penyanyi kenamaan Tommy Page. Saya yakin, generasi 80 -90 sudah familiar dengan penyanyi ini. Lagu lagunya yang ngetop, sempat menduduki chart musik internasional. Meski tak terlalu hapal lirik, setidaknya saya tahu judul “ I’ll Be Your Everything” atau “ A Shoulder to Cry On”.
Selentingan sontak mengiringi, perihal musabab berpulangnya sang penyanyi. Kita sebagai orang awam tak menyangka, ternyata depresi menjadi salah satu alasan. Sembari saya membatin, betapa kemashuran atau keberlimpahan harta bukan jaminan.
Status di medsos berseliweran, menyatakan duka kepergian penyanyi idola. Berharap jalan terang ditempuh, ada beberapa status menulis penggalan lirik.
Satu status menarik perhatian, dari seorang penulis kenamaan yang saya suka tulisannya. Beliau menulis status panjang, tentang WA dari seorang kawan yang hampir bunuh diri. Kawan ini memiliki karir bagus, hampir semua keinginannya bisa terpenuhi. Memiliki jadwal plesiran rutin, menginjakkan kaki di berbagai tempat di belahan bumi.
Namun ternyata ada kekosongan di batinnya, keseharian dijalani dengan bergerak seperti robot. Menjalani kegiatan sesuai agenda tertulis, terasa sangat monoton dan membosankan. Dalam usia yang sudah sangat cukup pantas, masih betah sendiri yang diakui sebagai pilihan hidup.
Niat si kawan mengakhiri hidup sempat terbersit, beruntung hal itu diurungkan. Sampai suatu saat mendapati pencerahan, bergabung teman yang memiliki hoby sama. Membentuk komunitas sejak dua tahun lalu, dengan aneka kegiatan yang membuatnya senang.
Kegiatan sosial menjadi satu agenda, dilakukan komunitas dengan mendatangi panti asuhan. Melihat senyum bahagia anak-anak yatim piatu, kawan ini seperti merasa tertularkan rasa bahagia itu. Sehingga semakin bersemangat berbagi, komunitas dan kegiatan tersebut bertahan sehingga kini.
Yuk Berkomunitas
Sebagai blogger, saya sangat merasakan manfaat berkomunitas. Kopi darat dengan sesama penulis, dari berbagai kumpulan dan ketertarikan tema tulisan. Tak ayal bertukar informasi, baik tentang lomba menulis atau acara lainnya.
Komik adalah komunitas di bawah Kompasiana, kebetulan setahun ke belakang saya bernaung di dalamnya. Melalui komunitas pecinta film inilah, bisa bersua dan berdiskusi dengan teman-teman penggemar nonton. Kerap sekali ketemu dengan orang hebat dibalik produksi film, pada mereka bisa saya “curi” ilmunya.
Komunitas fruitaholic adalah kumpulan pengemar buah, anggotanya berasal dari beragam latar belakang. Saya sangat beruntung, bisa menjadi bagian komunitas ini. Berkat memenangi writing competition bertema buah, yang diselenggarkan brand ternama. Berkumpul dengan fruitaholic, membuat kami seru- seruan bisa tertawa lepas dan berbagai manfaat mengonsumsi buah.