"Saya kulakan Pisang ke Ngawi, langsung datang ke pemilik pohon".
Mas Pardi lelaki usia tigapuluhan tahun, menggelar dagangannya di lantai semen pasar kampung halaman. Menjelang tiba hari lebaran, saya mendapati pria berwajah khas jawa seperti saya.
“kalau hari gini, mulai banyak yang beli” jelasnya
Biasanya pisang sebagai buah hantaran, untuk orang tua atau yang dituakan. Pisang seolah menjadi buah wajib, ketika mengadakan acara syukuran atau selametan.
Banyak jenis pisang dijual di pasaran, seperti pisang ambon, pisang tanduk, pisang susu, pisang emas, pisang madu dan masih banyak lainnya.
Buah pisang bisa langsung konsumsi, bisa juga disulap menjadi olahan. Menjelang berbuka puasa, biasanya pisang tampil dengan kuah bersantan atau kolak. Pisang juga nikmat digoreng, menemani minum teh atau kopi. Selain itu masih ada olahan lain, pisang molen, pisang cokelat, naga sari dan olahan berbahan pisang lainnya.
“yang ini duabelas ribu ya”
“Kulakannya saja belum boleh mas, sudah lima belas ribu saja”
Tawar menawar adalah proses sakral, dalam transaksi di pasar tardisonal. Selisih seribu dua ribu sangat dipertahankan, untuk mendapatkan barang diingini.
Siang itu setandan pisang hijau segar, saya bawa pulang dengan harga sangat bersahabat. Maklum di desa, biasanya orang menjual hasil kebun sendiri. Atau kalau dijual lagi, penjual adalah tangan kedua. Masih minim biaya pengiriman, sampai tangan konsumen bisa lebih murah.
Meskipun harganya sangat terjangkau, pisang kaya kandungan vitamin B dan mineral. Selain buah kaya manfaat, pisang juga mengandung dopamin dan serotonin.