Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Semestinya Seorang Ayah

Diperbarui: 26 Januari 2017   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

adegan film Ode to My Father -dokpri

Langkah lelaki sederhana itu, mengayun terukur perlahan tapi pasti. Seolah dua kaki bisa bergerak konstan, terkesan tanpa bergegas namun waktunya pas. Sehingga sampai tujuan sesuai pekiraan, tidak terlambat masih ada sejenak waktu istirahat.

Enam kilometer jarak ditempuh pagi dan siang, merentang pematang sawah lintas desa dilakoni. Udara bening pagi beriring hangat matahari, menyapu hijau ujung daun padi sebagian menguning. Pun kepala terpanggang terik, ketika perjalanan pulang menjadi penyempurna ikhtiar.

Fenomena alam menciptakan pemandangan indah, sungguh melenakan lelah sepanjang perjalanan. Sayangnya banyak diantara manusia abai, tak mindfull dan selaras dengan alam dan kehidupan.

Lelaki paruh baya ini tak terlalu banyak cakap, pada anak bicaranya pelan nyaris tak terdengar. Kerap kali saya anaknya minta diulang dua kali, memperjelas apa yang sampaikan.

Kalimat "Iyaaa" pada huruf A dipanjangkan, dengan tekanan tanpa emosi menjawab keinginan anaknya. Kalau tidak sanggup memenuhi permintaan anaknya, biasanya diam atau mengalihkan pembicaraan. saya sampai hapal kebiasaan ini, sampai memutuskan untuk satu hal. Kalau minta sesuatu barang, lebih baik memohon kepada ibu.

Ayah punya cara unik, untuk mengabulkan permintaan anaknya. Kalau keuangan sedang tidak memungkinkan, maka digunakan cara kreatif menyesuaikan kemampuan. Agar tetap mengembang senyum buah hati, menjadi bekal menghadapi hari ke hari.

-o0o-

Siang itu saya tergoda, seragam silat seperti dipakai teman saat berlatih. Kegiatan baru saya ikuti, setiap minggu pagi di lapangan badminton sebelah kantor kecamatan. Saat teman lain berbaju putih putih, hanya dua anak yang berpenampilan berbeda.

Saya dan kakak terpaut usia dua tahun. Hanya mengenakan kaos olah raga dan celana pendek. Kaos warna putih, bertulis nama sekolah dasar di bagian punggung. Pada bagian lengan berwana biru, dengan sleret putih sebagai pemanis.

Dua kali latihan saya dan kakak berusaha menahan diri, tetap berlatih jurus dan gerakan dasar silat. Sebagian teman memaklumi keberadaan kami, namun teman lain ada yang mempersoalkan.

"Kaos olah raga itu, gak cocok dipakai silat"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline