Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Catatan Seorang Ayah Tentang Ayahnya

Diperbarui: 17 Januari 2017   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi-dokpri

Ayah dan anak, berdiri di trotoar menunggu angkutan umum. Siang terik di hari minggu, ayah usai menunaikan janji pada bungsunya. Mengajak pergi ke kolam renang di kota, setelah kenaikan raport diterima dengan nilai memuaskan.

"Ayah,...emm aku haus" rengeknya ragu

"ditahan dulu, biar sampai rumah"

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, ada tukang es cendol sedang mangkal. Warna dawet yang hijau muda, di atasnya ada lumeran warna cokelat  dari gula kelapa cair, ditimpa putih kental santan kelapa, semakin sempurna dengan bongkahan es batu bertumpuk menyentuh bibir gelas.

Anak kecil mana tidak ngeces dan tidak menelan ludah, melihat tampilan es dawet begitu menggugah selera. Namun keberanian mendadak lenyap, setelah penolakan ayahnya. Untuk segelas minuman segar impian, tidak setiap waktu bisa diteguknya. Maklum saja, di kampungnya tak ada penjual es lezat seperti dilihat sekarang.

Lelaki  kecil berusaha menahan keinginan, menikmati segelas es dawet. Sesekali dari sudut mata melirik, penjual sibuk melayani pembeli. Setiap memadupadankan bahan es dalam gelas, lubang tenggorokan rasanya semakin kering saja.

Hampir setengah jam menunggu, beberapa angkutan lewat tapi beda jurusan. Ayah dan anak belum juga beranjak, dari trotoar tempat berdiri tak jauh dari kolam renang. Semakin lama bertahan di tempat yang sama, semakin menyiksa batin lelaki kecil,

Saling membisu, hanya suara bising kendaraan menguasai. Tak ada sepatahpun percakapan mencairkan suasana, karena memang tak biasa ayah dan anak bercakap cakap.

"Kamu pengin es dawet"si ayah paham kemauan si anak

Dalam diamnya, ternyata ayah berpikir keras. Bisa jadi berhitung, apakah uang di dompet cukup. Selain sudah dialokasikan untuk membeli ticket kolam renang, dipastikan ada uang membayar angkutan untuk pulang.

"emmmm..." kepala kecil itu ragu namun tetap menggangguk

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline