Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Orang Tua Istimewa Hadir untuk Anak Istimewa

Diperbarui: 11 Januari 2017   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar untuk Illustrasi dipinjam dari cahayanabawiy(dot)com

Sungguh saya menyimpan kekaguman luar biasa, rasa kagum mendalam dan tak berpenghabisan. Pada ayah dan bunda yang diberi amanah, mendapati kehadiran buah hati dengan kebutuhan khusus. Mereka adalah ayah bunda teramat istimewa, dengan buah hati yang tak kalah istimewanya.

Haqul yaqin, tidak setiap orang diberi kesempatan dan kemampuan seperti ini. Tidak semua orang tua, dipercaya oleh kehidupan, dipersiapkan memiliki stock kesabaran berlimpah. Memiliki anak-anak dengan segenap kefitrahannya, selalu membawa dua orang tuanya pada sikap tawadhu.

Betapa tidak, anak-anak istimewa ini bagai pupuk yang menggemburkan  tanah, bagai air yang menyirami lahan, bagai dedaunan yang memberi pasokan oksigen, bagai sinar matahari yang menumbuhkan tanaman.

Sementara bagi orang tuanya, laksana samudra mendekap gelombang, laksana karang menahan deru ombak yang menghantamnya, laksana langit meredam pecahnya kilat sehingga tak melantakkan bumi,  laksana sinar bulan yang terang penuh damai namun tidak menghantar terik.

Orang tua dengan kesabaran tak terbatas, sanggup diamanahi buah hati keren tak terbilang kata. Ah, dari bahan seperti apakah hati kalian terbuat.  Ayah dan bunda sungguh istimewa, dengan buah hati tak kalah istimewa.

-0oo0-

Saya kerap merasa sedih, saat membaca berita beredar dan melihat kejadian di sekeliling lingkungan. Muncul perasaan miris dan prihatin, saat mengetahui anak-anak mendapat perlakuan tak semestinya.

Mereka anak-anak kurang beruntung, mendapat perlakuan jauh dari kata kasih sayang. Adalah kekerasan yang mereka terima, baik kekerasan secara fisik maupun psikis. Bisa berupa pukulan pada bagian tubuh tertentu, dihardik dan diumpat atau diremehkan dan dijatuhkan mentalnya.

"Dasar B*g*, ngerjain gini saja gak bisa", "Hey, otakmu ditaruh di mana", "Kamu memang B*d*h", "Awas ya, kalau bikin malu orang tua", dan sebagainya dan sebagainya.

Hati siapa tak sedih, kalau kalimat itu terlontar dari mulut ayah atau ibu untuk anaknya sendiri. Kalimat yang dicontohkan di atas, saya jamin diucapkan dengan penekanan emosi. Penuh dengan gejolak benci, dilampiaskan dan dihamburkan dengan tatapan mata menghardik, seperti pedang siap menikam pada yang disasarnya.

Hati siapa tak pedih, anak-anak yang masih polos dan bersih hati menjadi sasarannya. Mereka akan tumbuh dengan perasaan was-was, melewati hari ke hari dengan raut curiga tak bersahabat. Mereka akan menjadi pribadi rendah diri, tak berani mengungkapkan apa yang dirasakan kecuali memendam penuh kecurigaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline