Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Antara Siswa, Kualitas Sekolah & Perencanaan Pendidikan

Diperbarui: 14 Oktober 2015   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Nangkring Bareng AXA Mandiri (dokpri)"][/caption]

Saat masih sekolah SD di kampung, saya memiliki teman berotak encer. Dodi (nama disamarkan) teman karib usia sebaya, rumah kami kebetulan bertetangga jadi sering main bersama. Prestasi akademiknya tak perlu diragukan, setiap kenaikan kelas menduduki rangking tiga besar. Belum lagi setiap ada perlombaan bidang studi, namanya tak pernah absen dikutsertakan. Bidang pelajaran ilmu alam, menjadi ketertarikannya. Tak mengherankan, pada pelajaran IPA sekolah kami kerap menjadi juara lomba. Bahkan bisa dikatakan sering, merebut predikat juara satu tingkat Kecamatan.

Saya beruntung bisa kenal, sekaligus berkawan akrab. Sampai duduk di SMP, kami satu kelas bahkan duduk sebangku. Prestasinya masih saja menonjol, pada mata pelajaran yang sama. Namun Dody type anak pendiam, enggan (baca ; tak berani) tampil ke depan kelas. Pada saat kelulusan sekolah tiba, guru mencari perwakilan siswa untuk pidato perpisahan. Dody gampang nervous dan demam panggung tak ditunjuk guru, kesempatan itu akhirnya dilimpahkan pada saya.

Saat lulus SMP, kami berpisah Sekolah. Budi berhasil masuk SMU favorit, sementara saya di sekolah Negri lainnya. Sejak pisah sekolah, pertemuan kami relatif jarang. Masing-masing memiliki kesibukan, bahkan di rumahpun jarang bermain bersama.

Setelah lulus sekolah atas, Budi masuk Perguruan Tinggi Negri sedang saya terpaksa gigit jari. Kami merantau beda kota, mencari penghidupan sendiri-sendiri. Pun dengan teman-teman yang lain, mulai renggang interaksi dan komunikasi. Ketika Budi sibuk di bangku kuliah, saya mulai masuk dunia kerja baru kuliah setahun berikutnya.

Kami bersua saat pulang kampung lebaran, itupun tak bisa berlama-lama. Dunia rantau membentuk kami, perjumpaan mengakrabkan sekaligus mendewasakan. Kemudian lama tak bersua lagi, bertemu kembali masing-masing sudah memiliki anak dan istri. Tidak saja dengan Dody teman semasa SD dan SMP, beberapa kawan seperti Slamet, Santo, Nanang, Narto, Subari dan banyak nama lain semakin jarang bertatap muka.

Dari perjalanan kehidupan setiap kami jalani, hasil dicapai sungguh tak terprediksi. Perjumpaan dengan kawan lama, menghadirkan kejutan-kejutan tak terduga. Teman yang dulu prestasinya biasa-biasa saja, meraih kehidupan (untuk ukuran saya) mapan. Sementara Dody yang berprestasi gemilang, saat ini keadaannya biasa-biasa saja.

Apa yang terjadi dalam proses kehidupan, tak bisa saling mengintervensi. Namun saya memiliki kesimpulan, kepintaran dalam akademik saja belum cukup. Medan pertempuran kehidupan sejati, adalah berhadapan dengan kenyataan hidup sesungguhnya. Maka mental juang musti ditanamkan, sehingga kepintaran tak berhenti pada pelajaran saja. Pintar mengambil keputusan, pintar mengelola keadaan, pintar membina hubungan, pintar membawa diri, adalah kepintaran yang dibutuhkan.

Mental pejuang dan mental pemanang seharusnya dikedepankan, agar menjadi pribadi tangguh menghadapi semua situasi tidak pasti. Alnagkah sempurna apabila menemui orang, sudah pintar  dalam bidang akademik ditunjang mental yang mumpuni.

Memang ada istilah "No Body's Perfect", tapi setiap manusia bisa belajar menjadi lebih baik.

-o-0-o-

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline