Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer [#KPK Gerebek 15]

Diperbarui: 1 Juli 2015   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh moment Ramadhan betapa menjadi bulan berkah, bisa dilihat dan diartikan dari banyak sudut pandang. Sebagai bulan penuh ampunan sudah jelas, umat muslim semakin khusyu dalam menjalankan ibadah. Kemudian sebagai bulan berbagi sudahlah pasti, ada saat membayar zakat untuk kaum dhuafa. Selain itu ada satu prespektif lainnya, yaitu menjadi bulan kebersamaan. Sebagai blogger kompasiana saya cukup merasakan, banyak undangan berbuka puasa menghampiri. Hal ini tentu membuat saya tersanjung, mendapat banyak manfaat pertemuan. Selain memperoleh banyak informasi dan ilmu baru, sebagai ajang silaturahmi sesama blogger. Acara dari pengundang disetting dengan aneka tema, memanfaatkan waktu menjelang saat berbuka (ngabuburit) tiba.

Selasa sore 30 juni 2015 saya menyambut ajakan, dari teman teman KPK (Kompasianers Penggila Kuliner) Kompasiana. Hadir di Mall Kelapa Gading (MKG) La Piazza, untuk event dengan konsep unik menarik "Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer. Sebagai orang Jawa saya sudah cukup familiar, dengan Pasar Klewer yang berada di kota Solo. Kebetulan ada budhe dari garis ayah saya, pemilik kios batik di Pasar ini. Semasa mudanya ayah saya sempat berdagang, membantu menjual kain batik saudara perempuannya ini. Termasuk kabar tentang terbakarnya pasar kegendaris ini, saya cukup mengikuti dan update dengan beritanya. Akibat musibah ini budhe saya terpaksa absen berjualan beberapa waktu, karena kondisi yang kurang menguntungkan. Namun upaya pemkot cukup cepat, sehingga pedagang bisa beraktivitas seperti semula.

Nah bagaimana Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer berlangsung, dan bagaimana atmosfir solo diusung ke MKG La Piazza Kelapa Gading. Pastikan Kompasianers mengikuti kisah saya, sampai titik terakhir artikel ini. Let's Go !

Sejarah Pasar Klewer*

Pada masa kependudukan Jepang di Indonesia, kawasan di Pasar Klewer adalah pemberhentian kereta (stasiun) yang digunakan berdagang oleh penduduk pribumi. Ketika kereta hendak berangkat keluar bunyi mirip terompet (jawa slompret), sehingga dijuluki Pasar Slompretan. Pasar Slompretan menjadi lokasi pedagang kecil, untuk menjual dan menawarkan barang dagangan batik. Ketika tumpukkan batik diikat dan dipanggul di atas pundak, beberapa ujung kain nampak menjuntai (jawa kleweran). Masyarakat Jawa memang praktis dan unik, sering menyebut sebuah wilayah dengan kebiasaaan yang terjadi. Termasuk wilayah pasar yang termashur ini, ternyata pemilihan nama terinspirasi dari juntaian (kleweran) kain batik tersebut. Pasar Klewer mulai berkembang pada 1942- 1945, bahkan semakin pesat hingga tahun 1968 kemudian terus bertahan. Pasar Klewer merupakan pasar tekstil terbesar, lokasinya bersebelahan dengan Kraton Surakarta. Seiring perkembangan jaman menjadi rujukan pasar kain batik, baik dari kota Jogjakarta, Semarang, Surabaya juga kota kota besar lainnya. Kain batikpun disulap menjadi aneka bentuk kreasi, selain kain jarik (untuk kebaya) juga sarung bantal, baju, sprei, dan aksesoris "berbau" batik. (*dirangkum dari poster di lokasi acara)

********

Saya datang cukup awal dari jadwal, satu jam lebih cepat dari waktu janjian jam 17.00 Wib. Kesempatan yang ada tentu tidak sia siakan, menikmati suasana yang ada di lokasi acara. Memasuki arena "Ngenteni Buka Ning Pasar Klewer", saya seperti terserap dalam suasana Solo.

Bagaimana Mungkin?

Saya melihat replika gerbang Pasar Klewer, hadir persis di depan mata saya. Pernak pernik jawa dipasang, merata hampir di semua sudut tempat acara. Lampu gantung khas rumah priyayi jawa, pajangan topeng kayu berhias motif batik. Umbul umbul dari kain batik yang berjajar, becak, kemudian atap stand yang berbentuk atap rumah joglo. Ornamen lain tak kalah mendukung suasana, adalah duplikasi kereta kraton Surakarta berada di pojok dengan petunjuk Stasiun Solo Balapan.

Masalah menu jangan ragu, aneka stand dengan makanan khas solo hadir. Saking banyaknya pedagang saya sampai bingung, mencari stand nasi liwet khas Solo. Akhirnya tempat yang saya cari ketemu, setelah sekotak nasi gudeg selesai disantap. Alhasil saya tidak jadi menikmati, nasi liwet khas Solo yang sungguh ngangeni ati. Terdapat dua lokasi gedung berpendingin AC, berada di tempat acara MKG La Piazza. Adalah Multi Purpose Hall, tempat yang menawarkan batik dengan segenap eksplorasinya. Selain baju, pernak pernik batik, juga hiasan atau pajangan khas jawa, bahkan sampai alat musik gitar tersedia. Pada lokasi ini ditawarkan kualitas secara umum, dengan harga yang relatif lebih terjangkau. Sedang lokasi batik kedua adalah galeri Batik Eksklusif di La Prisma, yang menyediakan batik batik terbaik berkualitas tinggi dengan tingkat pembuatan yang rumit. Mungkin Kompasianers sudah tidak asing, dengan brand terkenal seperti Danar Hadi, Djawa, Puri Mangkunegaran, dan Buana Alit Gallery.

Selain pedagang batik terkait acara kuliner yang digelar, hadir 10 stand kuliner Pasar Klewer yang datang langsung dari tempatnya di Solo. Markobar (Martabak Kottabarat), Srabi Solo Notosuman Ny. Handayani, Jamu Arum sari, Pukis Telur Kampung Asli & Leker Solo Sumber Rejeki, Lany, Selat Segar Galantin & Nasi Langgi Solo, Bakso Pak Min Penumping Solo, Dawet Bu Dermi Pasar Gede Solo, dan Soto Ayam Lek Sri Asli Solo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline