Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Buku adalah Kartu Nama Terbaik [Resensi Buku]

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14323497671354814724

[caption id="attachment_419513" align="aligncenter" width="336" caption="Cover Buku Uktub (dokpri)"][/caption]

Bagi kompasianers menulis mungkin sudah menjadi passion, terasa ada yang kurang bila tak menulis sehari saja. Mungkin sebagian menganggap menulis hanya sekedar hoby, untuk melampiaskan segala uneg uneg yang terpendam. Bisa juga sebagian yang lain memiliki harapan, suatu saat akan membukukan "koleksi" artikel yang disimpan. Semua terserah masing masing pemilik artikel, akan kemana arah jalan ditempuh dalam dunia kepenulisan. Teringat sebuah kalimat sakti dari Pramudya, "Orang boleh pintar setinggi langit, selama tidak ditulis akan lenyap ditelan jaman". Menulis seperti menorehkan sejarah, dan ternyata buku bisa menjadi Kartu nama terbaik. Uktub atau Tulislah! Seperti sebuah ajakan (atau tantangan), untuk menulis apa saja yang ada dibenak.

Buku terbaru karya Zainuddin Akbar ini sangat menarik, berisi panduan menulis dalam 180 hari. Menjadi buku ke delapan setelah buku best seller Man Jadda Wajadda, buku perdana yang akhirnya dibuat sampai tiga seri. Uktub selain berisi panduan menulis, juga berisi motivasi tentang menulis. Betapa dengan menulis bisa melakukan banyak hal, Zainuddin Akbar sendiri sudah keliling Indonesia. Hampir semua daerah sudah dikunjungi, namun masih ada tiga tempat menjadi target kunjungan berikutnya.

[caption id="attachment_419514" align="aligncenter" width="513" caption="Dokumentasi Pribadi"]

1432349813247990466

[/caption]

Setiap manusia pasti bisa menulis, tak peduli apapun profesinya. Seorang marketing atau admin, membuat laporan pekerjaan mingguan misalnya. Seorang akademisi pendidikan atau praktisi apapun, menulis hasil riset dari sebuah penelitian dan sebagianya. Namun kebiasaan menulis musti terus diasah, tak lupa disertai keyakinan yang kuat. Anda yang bukan seorang pendekar, bisa mempraktekkan hal kecil tapi dipenuhi keyakinan. Ambillah sebatang pensil baru, dan coba patahkan dengan pangkal jari manis. Saya pribadi pernah mempraktekkan dengan modal keyakinan, sekali tebas pensil baru patah menjadi dua bagian. Tak usah memendam rasa khawatir, akan bagus atau tidak, disuka atau tidak hasil tulisannya. Kalau belum dimulai sudah menebak hasil jelek, mustahil kekawatiran bisa dienyahkan. Semua yang berjalan dengan "learning by doing", disertai kesabaran dan kehausan belajar. Maka biasanya hasil yang didapati akan lebih mantap, seperti ada ruh dalam tulisan tersebut.

Menulis perlu kedisiplinan seperti halnya pekerjaan yang lain, konon seorang profesional di suatu bidang ada syaratnya. Yaitu mengerjakan satu pekerjaan yang sama, total minimal sampai 10.000 jam. Kalau saja sehari meluangkan waktu menulis dua jam, maka setahun baru 2 jam x 365 hari atau 720 jam. Jadi jangan cepat merasa sudah lama belajar, kalau belum sampai batas minila sepuluh ribu jam.

[caption id="attachment_419515" align="aligncenter" width="578" caption="Peta Pikiran (dokpri)"]

1432349860952901217

[/caption]

Zainudin Akbar juga memberi tips sederhana, memulai menulis dengan membuat mind map (peta pikiran) sebelum menulis. Peta pikiran ini dimulai dari inti yang ingin disampaikan, kemudian dibuat sayap sayap pengembangan. Misalnya inti tulisan adalah tentang "pemimpin perempuan", maka sub tulisan (atau sayap) bisa tentang karakteristik pemimpin perempuan, Sejarah atau prestasi pemimpin perempuan, kebijakkan dan lain sebagainya. Setelah dibuat peta pikiran dibreakdown dalam outline atau kerangka tulisan, langkah selanjutnya adalah segera memulai menuliskan. Agar penulisannya teratur buatlah tabel skema, berisi jadwal penulisan setiap bab. Buatlah deadline dalam setiap bab secara berkala, sehingga selesai sesuai target waktu yang ditentukan. Satu hal yang musti diperhatikan adalah disiplin, jangan memberi toleransi pada diri sendiri.

Setelah proses menulis dirampungkan, baca ulang dan edit minta pendapat dari orang lain. Kemudian baru mencari penerbit yang "sealiran", dengan tema tulisan yang sedang dikerjakan. Setiap penerbit memiliki idealisme sendiri sendiri, maka jangan sampai salah kirim naskah. Misalnya sebuah tulisan tentang filsafat, jangan dikirim ke penerbit yang focus pada novel remaja. Pada buku Uktub ini tersedia daftar penerbit, baik yang berada di ibukota mauapun luar kota Jakarta.

Buku Menjadi Kartu Nama Terbaik, apabila kita menuangkan tulisan demi kemaslahatan. Maka mari menulis dan tak henti belajar menulis, agar kualitis tulisan bisa meningkat. Semangat Uktub (Tulislah) tak bisa berdiri sendiri, musti dibarengi semangat Iqra' (baca).

[caption id="attachment_419516" align="aligncenter" width="563" caption="Dokumen Pribadi"]

14323499081509884110

[/caption]

Design cover buku ini cukup classy dengan mesin ketik, dan di endrose oleh penulis Ahmad Fuady (Negeri 5 Menara). Setiap peralihan bab ditandai dengan halaman berwarna, membuat pembaca seperti beranjak ke materi yang lebih. Sukses untuk buku Uktub, semoga meginspirasi dan memotivasi pembaca. (salam)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline