Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Ketika Usia tak Mengalahkan Semangat Belajar

Diperbarui: 8 Juli 2015   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14322520391923721015

[caption id="attachment_419232" align="aligncenter" width="506" caption="Kakek Rahmad (dokpri)"][/caption]

Tempat mulia yang ada dihamparan bumi ini, satu di antaranya adalah majelis ilmu. Bagi penghaus ilmu langkah dari rumah sudah bermuatan ibadah, sampai akhirnya kaki menjejak ke tempat tujuan. Belum lagi pada saat proses transfer keilmuan, akan bertabur mutiara mutiara hikmah dan pencerahan. Menurut hemat saya berbatas tipis ilmu agama dan dunia, karena keduanya sesungguhnya memiliki benang merah. Mungkin secara sederhana disimpulkan, ketika semua ilmu muaranya adalah kemanfaatan, berarti esensinya adalah nilai agama. Ketika menguasai ilmu fotografi, setiap jepretan yang baik membuncahkan kekaguman pada Sang Pencipta itulah esensi. Ketika ilmu management dan berdagang, ketika penerapannya diiringi kejujuran tak mau merugikan orang lain itulah esensi. Ilmu bercocok tanam dan peternakan, saat pupuk yang dipakai dan pemeliharaan ternak sesuai fitrah itulah esensi. Semua ilmu yang ada dan dimungkinkan ada, sejatinya demi kemaslahatan umat manusia dan muaranya adalah esensi. Hingga Sang Khaliq secara khusus menjanjikan, bahkan tertuang dalam Al Qur'an surat Al-Mujaadilah ayat 11 :


“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.


Keilmuanlah menjadi pembeda manusia dengan makhluk yang lain, juga menjadi pembeda antar manusia sendiri. Akan jelas berbeda aktivitas orang berilmu, dengan orang yang sedikit ilmu. Bagi penjelajah ilmu tak boleh berpuas diri, karena keluasannya tak usai meski telah jauh ditempuh. Dan terdapat tanggung jawab bagi pemikul ilmu, adalah menyebarkan pada orang lain.


Setiap kejadian atau tanda tanda alam ini, sesungguhnya ayat ayat-NYA yang dihembuskan. Semilir angin yang membelai pepohonan, gemericik air mengalir dan berjatuhan. Kicau burung bersahutan di antara ranting, daun kering yang tanggal dari batangnya. Sinar merah merekah diufuk fajar, menyusuri waktu hingga terik dan menjelma lembayung. Semua adalah ayat ayat kehidupan dalam alam semesta, akan ditangkap bagi jiwa peka kaum yang berpikir.


Interaksi dengan sesama manusia dalam setiap jengkal waktu, persuaan demi persuaan dengan siapapun orangnya. Pertautan urusan dan kepentingan dengan orang lain, yang menjadi penghubung adanya sebuah komunikasi. Adalah rancangan kehidupan yang terasa wajar, namun sesungguhnya dahsyat bagi kaum yang berpikir.


******


Saya merasa beruntung berkesempatan menghadiri, sebuah acara pelatihan kepenulisan dan launching buku. Seperti biasanya wajah wajah baru hadir, memberi kesempatan untuk menyapa dan berkenalan. Tak jauh dari tempat saya duduk terdapat seorang lelaki sepuh, saya kemudian merapatkan tempat duduk hingga bersebelahan. Menurut taksiran saya usianya sekitar 70 - 75  tahun, tegambar dari keriput di wajah dan rambut yang sudah berubah warna. Saya menyapa lebih dulu sembari menyebutkan nama, tangan saya disambut beliau sambil balik memperkenalkan diri.



[caption id="attachment_419233" align="aligncenter" width="490" caption="Sang Kakek yang Semangat (dokpri)"]

1432252151326404529

[/caption]

Kakek Rahmad begitu bliau menyebut dirinya, sambil meneruskan menulis formulir isian. Obrolan ringan terjadi dalam waktu jeda, menunggu narasumber pelatihan tiba di tempat. Sekilas saya menangkap semangat belajar dalam diri kakek, dan antusiasme yang nanti akhirnya saya buktikan. Belum terlalu banyak perbicangan kami berlangsung, akhirnya pengisi acara pelatihan datang. Kami berdua masih duduk bersebelahan, dan focus pada materi pelatihan sesekali saya mencatat point penting materi pelatihan. Kakek Rahmad masih tak kalah langkah, buku notes didepannya dipenuhi catatan lebih banyak dari saya. Buku yang ada didepan beliau, dengan mudah bisa saya lirik sekilas megetahui kosong atau tidaknya.


Sampai tiba saat kuis berlangsung, narsum menantang beberapa peserta maju ke depan kelas. Saya maju bersama adik adik mahasiswa, ketika sampai di depan kelas ternyata kakek Rahmad berdiri tepat di sebelah saya. Satu buku dari narasumber sekaligus penulisnya, menjadi hadiah bagi yang menaklukkan tantangan kuis. Saya teringat sabda baginda Nabi Muhammad SAW, "carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat". Pun manusia sempurna juga berpesan, "tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina". Kakek Rahmad satu dari sekian umat penjawab ajakan tersebut, usia tak menghalangi dan menghambat langkahnya. Geraknya yang tak lagi lincah, fungsi indera yang mungkin tak seperti saat muda. Semua itu sedikitpun tak menghalangi, semangat mencari ilmu semangat menimba kemuliaan.


Jumat yang barokah ini semoga menjadi jejak langkah, bagi setiap diri untuk meng-upgrade kehausan akan ilmu. Agar setiap diri mendapat posisi yang dijanjikan-NYA, menempati derajad tinggi sebagai kaum berilmu dan beriman. Aminnn

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline