[caption id="attachment_376338" align="aligncenter" width="627" caption="petunjuk Taman menteng (dokpri)"][/caption]
Ibukota Jakarta selalu identik dengan panas, macet, polusi, bising, banjir, dan aneka keruwetan. Segala bentuk profesi dan kalangan strata sosial tersaji lengkap di sini, mulai dari Selebritis, Politisi, Kaum Sosialita, kelas Jetset, tak ada yang tidak disini. Pada saat yang bersamaan hadir Pengemis, Gelandangan, Kaum yang termarginalkan, Anak Jalanan mewarnai pelataran ibu kota. Kaum Cerdik Pandai, Ilmuwan, Ustad Ternama, Intelektual, Filantropy, Pembela Hak Kaum Papa ada juga. Jangan salah juga ditempat tertentu (biasanya mewah) berkantor Koruptor Kelas Kakap, Penjambret uang rakyat, Penculik Anak, Pencuri amatir yang digebuki massa, pengutil di mini market, Pencopet kecil kecilan yang sasarannya penumpang bus dan kereta. Sajian lengkap ibu kota tak lebih sebagai sebuah gambaran, betapa majemuk dan beragamnya masyarakat jakarta. Aneka profesi baik yang jelas jelas jahat, yang terlihat baik (aslinya jahat) atau yang memang benar benar baik adalah dampak dari kompetisi kehidupan yang begitu kerasnya. Namun tak dipungkiri siapa saja setuju, pesona Megapolitan dapat disejajarkan dengan kota Internasional lain.
Arus urbanisasi tak bisa dibendung denganmudah, daya tariknya ibukota masih kuat bagi mayoritas penduduk negri. Siapa saja ingin menjamahnya, mengadu nasib meninggalkan desa kelahiran. Kampung di tengah atau pinggiran ibukota menjadi sesak dengan manusia, gang gang sempit menjadi padat penduduk. Tak salah pada era 70-an pencipta lagu Titiek Puspa menciptakan lagu hits, lewat alunan suara penyanyi (alhmh) Lilis Suryani melambung lagu Gang Kelinci. Sebagai pencipta lagu eyang Titik patutlah diacungi jempol, memotret realita yang terjadi di keseharian. Sampai melewati lebih tiga dekade usia lagu ini, ternyata tetap "easy listening" dan dihapal anak masa kini.
[caption id="attachment_376339" align="aligncenter" width="581" caption="Taman Menteng tampak depan (dokpri)"]
[/caption]
Akibat membludaknya jumlah penghuni ibu kota, maka daerah resapan air menjadi drastis berkurang. Pepohonan rindang dan hijau ditebang, semua demi sejengkal tempat berteduh dari panas dan hujan. Rerimbunan hijau yang besar menfaatnya berkurang, hembusan oksigen dari dedaunan tak mudah dijumpa. Akibatnya suhu panas menjadi hal lumrah, dirasa penghuni ibukota ketika terik mulai tiba.
Ada satu tempat ditengah ibukota yang sibuk dan panas, tempat yang bisa menjadi penawar ketika hari sedang terik. Taman ini terletak sangat strategis, dilintasi kendaraan dari arah Cikin menuju Bundaran HI. Lokasi tepat taman Menteng di jalan HOS Cokroaminoto, bisa menjadi tempat menyegarkan pikiran dan fisik yang lelah.
[caption id="attachment_376341" align="aligncenter" width="614" caption="Taman Menteng (dokpri)"]
[/caption]
[caption id="attachment_376356" align="aligncenter" width="586" caption="lapangan basket (dokpri)"]
[/caption]
Sebagai sarana publik terbilang memiliki fasilitas lengkap, arena bermain atau olah raga tersedia. Taman dengan aneka bunga warna warni memperindah taman, lokasi yang mudah dijangkau tentu menambah kenyamanan.
[caption id="attachment_376358" align="aligncenter" width="600" caption="Rumah Kaca (dokpri)"]
[/caption]
Sebuah bangunan rumah kaca berdiri kokoh di bagian depan taman, rumah yang tembus pandang ini memiliki fungsi yang luar biasa. Yaitu melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan,pengontrolan cahaya dan suhu, membuat lahan yang semula tak subur menjelma menjadi subur. Selain itu rumah kaca berfungsi melindungi tanaman dari badai debu dan "blizzard" juga menolong untuk pencegahan hama. Tempat ini menjadi tempat yang tepat untuk membudidayakan tanaman, rumah kaca bekerja menangkap radiasi eletromagnet dan mencegah konveksi.
[caption id="attachment_376361" align="aligncenter" width="614" caption="Taman Kodok (dokpri)"]
[/caption]
Di bagaian belakang taman menteng ada taman lainnya, taman dengan patung kodok ini dinamakan Taman Kodok. Bagi penduduk sekitar dapat memanfaatkan kedua taman ini, tentunya untuk aktifitas yang menyehatkan. Taman kota sebagai daerah resapan juga memiliki fungsi penting, untuk mejaga kualitas air dan udara serta melindungi kehidupan satwa.
Sebelum taman menteng berdiri, tempat ini dulu eks stadion Menteng yang menjadi tempat Persija. Karena perawatan yang minim maka lama lama kawasan ini menjadi daerah kumuh. Para era Gubernur Sutiyoso dicetuskan mengalihfungsikan stadion menteng, akhirnya menjadi fasilitas publik dalam wujud taman kota. Kebijakkan pemda saat itu tak berjalan mudah, tentangan datang dari bermacam kelompok masyarakat. Namun kini setelah taman berdiri megah, kemanfaatan dirasakan juga oleh masyarakat.
[caption id="attachment_376367" align="aligncenter" width="652" caption="Bule kecil -dokpri"]
[/caption]
[caption id="attachment_376368" align="aligncenter" width="567" caption="Laragan di Taman (dokpri)"]
[/caption]
Pembangunan taman ini berdampak pada segi sosial, ekonomi maupun personal. Kalau hari libur masyarakat sekitar saling mengunjungi taman ini, tentu membangun interaksi satu dengan yang lain. Intensitas komunikasi yang berkesinambungan, tentu akan mengenalkan antar personal. Dari sisi ekonomi dapat terlihat dari naiknya harga property di sekitar menteng. Sementara bagi masyarakat kelas bawah dapat dilihat, banyaknya pedagang ketika weekend tiba, hukum pasar berlaku dimana ada kerumunan berarti ada potensi pasar.
[caption id="attachment_376369" align="aligncenter" width="545" caption="taman meteng (dokpri)"]
[/caption]
[caption id="attachment_376372" align="aligncenter" width="614" caption="Pemandangan Menteng dari atas (dokpri)"]
[/caption]
Semoga saja kebeadaan Taman Menteng benar benar memiliki manfaat sesuai rencana besar di awal pembangunan. Apabila langkah pemeliharaan sekaligus pemanfaatan taman Menteng terbukti positif, bisa menjadi taman percontohan untuk taman taman lain di ibukota. Seberapapun kontribusi yang positif, tentu jangan dipandang sebelah mata. Keberadaan taman Menteng pasti memberi sumbangan berarti, terutama mengurangi polusi di Ibukota.
*informasi yang diolah melalui kunjungan penulis secara langsung dan artikel KLIK SINI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H