Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Menulis dan Motivasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14212647272054584833

[caption id="attachment_390826" align="aligncenter" width="409" caption="illustrasi dokpri"][/caption]

Tak perlu berkecil hati dengan jumlah hits, saya termasuk golongan kompasianer dengan klik relatif sedikit. Entah untuk alasan apapun, sering artikel saya "merangkak" di bawah seratus tingkat keterbacaan. Dulu mulanya sempat ada perasaan "gimanaaa gitu" (baca sedih), tapi semakin lama semakin biasa. Ibarat anak yang baru belajar naik sepeda, ketika jatuh jangan "mutung" (ngambek) tak meneruskan.

"kalau kamu jatuh pas latihan,  tandanya sebentar lagi bisa naik sepeda" Kata almarhum ayah teringiang ditelinga

Kalimat ajaib itu terasa menyemangati, darah segar menderas kala itu tak gentar berlatih. Dengan dengkul dan tangan yang lecet, dua kaki ini berkerja sama di atas pedal. Sampai akhirnya duduk di atas sadel, roda dua berhasil saya genjot dalam posisi seimbang. Kemudian bisa balapan dengan teman, atau lama lamaan menyeimbangkan diri diatas sepeda. Setiap aktivitas bisa dialkukan lebih cepat, karena keahlian bersepeda sudah dikuasai.

Pun dalam menulis terjadi demikian, ketika sekali dua kali banyak revisi sana sini. Satu tulisan bisa dibaca tak selesai selesai, ujung ujungnya tak Pede di posting. Dulu waktu pertama posting penuh ragu dan nekad, setelah satu artikel diposting ada perasaan lega. Besoknya dan besoknya ketagihan, kemudian mulai belajar dari artikel lain. Kalau sudah sering dan berulang menulis, niscaya yang namanya "sense" akan hadir sendiri. Ada rasa haus untuk belajar dan terus, menelisik kekurangan tulisan sendiri. Tak henti ingin menemukan "passion",sehingga bisa tahu kekuatan tulisan sendiri. Belajar mencerna bagus dan kurangnya, memadu padan kata dan pantas tidaknya kalimat.

Motivasi menulispun mulai bergeser kini, semula mengejar jumlah hits kini sudah tidak lagi. Awal bergabung menulis di K mengincar HL, kini perasaan serupa sudah mampu diatasi. Posisi TA, HL, Feature, yang ter, Hight Light, bahkan HL untuk Hanya Lewat, sudah bukan lagi menjadi patokan. Yang penting menulis itu saja cukup, yang terjadi setelah menulis tak terlalu dirisaukan.

Ketika ngobrol dengan seorang Kompasianer, beliau lebih dulu bergabung K dibanding saya. Ternyata perasaannya persis seperti saya, motivasi menulis sudah bukan lagi mengincar posisi lagi. Menulis ya menulis saja, karena "sense" hanya muncul ketika terjadi pembiasaan. Sayang sekali kalau "sense" tidak diasah, bisa bisa ibarat pisau lama lama tumpul.

Seperti menyetir mobil atau kendaraan lain, kalau mau ahli ya harus sering nyetir. Bagi penyetir sudah otomatis tahu, kapan harus pindah gigi. Mampu menyeimbangkan kaki kanan dan kiri, saat menginjak kopling dan gas agar roda bisa gelinding. Semua akan menjadi reflek, jika diulang akhirnya terjadi pembiasaan.

Mungkin awal bisa nyetir ada rasa girang, meskipun "membawa" mobilnya masih kasar. Namun setelah seminggu dua minggu, sebulan, setahun akhirnya perasaan berubah biasa. Menyetir sudah menjadi biasa, kerena sudah terbiasa dan ada upaya membiasakan.

*******

[caption id="attachment_390827" align="aligncenter" width="253" caption="ilustrasi dokpri"]

14212652831503693628

[/caption]

Dini hari saya terbangun begitu login K,sebuah inbox masuk tentu penasaran saya membuka. Ketika kemudian membuka media sosial facebook, sebuah tag mampir ke akun . Dua duanya berisi sama, ucapan selamat menang di blogcomp. Tentu saya segera klik link tautan dari pengirim, memastikan kabar yang sampai ke inbox. Semula tak percaya mengingat "beberapa hal" (bold), tapi akhirnya membuktikan kabar tersebut benar.

Perihal kalimat "beberapa hal" sengaja saya bold, ingin didetilkan menjadi inti yang ingin saya share. Tulisan saya berjudul Bonus-Aktivitas-Fisik, dinyatakan panitia menang nomor tiga untuk blogcomp coca cola. Artikel tersebut sebenarnya hitsnya mentok di 31 (sebelum pengumuman), sampai saya menulis artikel ini belum menembus 40 hits. Kemudian kejadian serupa pernah saya alami, menang blogcomp untuk Lazis. Artikel yang saya jagokan, berada di kisaran tak beda dengan coca cola.

Sementara ada artikel lain ikut blogcomp yang sama, jumlah keterbacaan melangit sampai ribuan. Mendapat lebih dari satu posisi, selain HL masuk kategori "yang-ter" juga. Artikel ber-hits banyak terpaksa tersisih, dengan artikel lain yang hitsnya berada jauh di bawah.

Belajar dari pengalaman yang terjadi, saya semakin berbulat tekad. Menulis ya menulis saja, meniatkan untuk berbagi sedikit pengetahuan (syukur bisa bermanfaat). Pun ketika mengikuti blog competition, kalaupun ada keinginan untuk menang itu manusiawi. Namun justru keinginan nurani itu, dimanfaatkan untuk berusaha mempersembahkan yang terbaik. Selebihnya biarkan hukum alam bekerja, kalau memang sudah jatahnya "rejeki tak akan kemana".

Seorang motivator ternama berbagi kalimat inspiratif, "kesempatan tidak datang sekali, tapi akan datang kembali dengan wajah yang berbeda, karena pintu rejeki datang dari arah mana saja". Kalimat mujarab ini secara pribadi menjadi suntkan, bersemangat untuk terus menulis.

Mendapat posisi apa saja untuk sebuah artikel, menang dan tak menang di ajang blogcompetiton. Tak lagi menjadi alasan untuk berhenti belajar, yang lebih utama mempersembahkan tulisan terbaik. Selebihnya setelah menorehkan tulisan, biarlah mekanisme hukum alam bekerja. (salam)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline