[caption id="attachment_397449" align="aligncenter" width="538" caption="ilustrasi-dokpri"][/caption]
Siapapun pasti ingin memiliki tubuh sehat, karena kesehatan menjadi penunjang kebahagiaan. Setiap manusia mengupayakan apapun, demi mencapai hidup bahagia. Bekerja siang malam mengerahkan segenap potensi, merantau sampai pelosok bahkan seberang Negri. Semua dilakukan untuk menggapai kesejahteraan, demi menunjang kebahagiaan hidup sehari hari. Sehat menjadi sebuah kemutlakkan, tanpa itu mustahil bisa beraktivitas produktif. Apa guna rumah megah harta berlimpah, kalau terbaring di kamar opnamet. Kendaraan harga selangit, tak terasa nyaman bila diserang penyakit.
Alam dipersembahkan dan mempersembahkan diri, untuk memenuhi kebutuhan manusia. Cara hidup dan kebiasaan setiap orang berbeda, berbanding lurus hasil yang didapati. Bagi pemalas berkawan gagal, yang rajin keberhasilan akan tiba pada saatnya. Pun pola konsumsi makanan, konon menu mahal tak menjamin kualitas. Gaya hidup dan lingkungan pergaulan, mencerminkan kepribadian seseorang.
Membiasakan kebiasaan baik memang tak mudah, butuh perjuangan ekstra melawan diri sendiri. Musuh nyata terberat adalah diri sendiri, yaitu kemalasan, keegoisan, keculasan, ketakaburan dalam diri. Tak ada yang sanggup merubah, kecuali dalam diri sendiri pula.
****
Sinar matahari rentang jam 7 sampai 9 pagi, sangat bermanfaat guna memenuhi vitamin D. Lapisan bawah kulit terdapat simpanan lemak, di dalamnya megandung kolesterol. Bisa lenyap apabila terkena sinar utraviolet, sinar tersebut terkandung dalam sinar matahari pagi. Agama dengan tegas menganjurkan, tak baik tidur seusai subuh. Tak lama setelah subuh matahari terbit, semburat merah bersahabat di kulit. Terbongkar kini rahasia dibalik anjuran mulia itu, tak lain demi kebaikan manusia sendiri.
Bagi yang malas berolah raga, bisa mengganti dengan memperbanyak ativitas fisik. Konon aktivitas fisik sangat bagus, berguna untuk menjaga kesehatan. Badan menjadi segar bugar, peredaran darah mengalir lancar. Aktivitas fisik bisa dilakukan kapan dan di mana saja, tak ubahnya seperti kegiatan sehari-hari. Mengepel, menyapu, mencuci, setrika, dan semua pekerjaan rumah, termasuk aktifitas fisik. Bermain bola di halaman rumah, mengangkat menggendong buah hati, juga tak lepas dari aktifitas fisik.
Dengan bergerak aktif, bisa mengurangi risiko timbulnya diabetes, mencegah terjadi tekanan darah tinggi, mengatasi rasa depresi dan kecemasan. Selain itu membantu mengendalikan berat badan, memelihara tulang, otot, dan sendi yang sehat, juga mendukung kesehatan psikologis.
Bagai pepatah "sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui", beraktifitas di rumah mendapat manfaat ganda. Selain badan menjadi segar bugar, pekerjaan rumah beres, belahan jiwa dan buah hati bahagia.
Ternyata agar badan segar banyak cara, cukup mudah dan gratis pula. Syaratnya hanya mau melecut kemauan diri, agar lebih aktif bergerak dan menjalani dengan disiplin. Bahagia bukan monopoli sendiri, tetapi juga pasangan dan anak anak.
Bukankah mencegah lebih baik dari mengobati, tindakan prefentif yang positif akan berdampak positif juga.
*****
[caption id="attachment_397450" align="aligncenter" width="490" caption="ilustrasi-dokpri"]
[/caption]
Memperhatikan konsumi dan pola makan teratur, karena kondisi tubuh tergantung asupan. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia, belum dikatakan makan kalau belum makan nasi putih. Padahal dalam nasi putih terkandung kadar gula tinggi, akibatnya dapat meningkatkan level glukosa dalam darah. Ujung ujungnya sangat tidak mengenakkan, memicu resiko terkena diabetes. Pada nasi putih tak bisa menyimpan glikogen, atau zat sebelum menjadi glukosa.
Untuk langkah aman konsumsi nasi putih, bisa diseling singkong, ubi, jagung, roti gandum. Pada jenis umbi umbian sifatnya beda dengan nasi putih, di dalamnya terkandung karbohidrat kompleks yang menyimpan kadar gula rendah. Mengkonsumsi umbi umbian, mampu menahan kenyang hingga 6 jam.
Karbohidrat kompleks disimpan pada liver dan otot, berjaga jaga saat tubuh kekurangan energi. Cadangan glikogen yang disimpan, akan dipecah menjadi glukosa sebagai sumber energi.
Makan sehat tak musti mahal, makanan murah juga bukan jaminan. Makan di restaurant berkelas, atau di warung pinggir jalan tak masalah. Asalkan tak terlalu berlebihan, agar mampu meminimalisir dampak tak bagus.
Mencermati kabar di media massa, ulah pedagang nakal dengan segala aksinya. Daging tikus dijadikan sate, pewarna pakaian dijadikan bahan pewarna makanan. Bagi pecinta gorengan tak lepas rasa kawatir, mencampur minyak panas dengan plastik sebagai alibi agar lebih crispy. Dan "kejahatan" lain yang disengaja demi meraup keuntungan, sebagi konsumen musti lebih waspada.
Bagi yang sudah berkeluarga, akan lebih sehat makan masakan di rumah. Terjamin kebersihan tempat masaknya, terpilih bahan makanan dan benar cara memasaknya.
Dampak postif tanpa sadar adalah menekan pengeluaran, jatah dana makan siang dikantor dialokasikan ke pos lainnya. maka kalau boleh menambahkan pepatah lama, Hemat ternyata juga pangkal kesehatan dan pangkal bahagia.
******
Dengan siapa sering bergaul, mencerminkan tindak tanduk seseorang. Sebuah perumpamaan bijak dari Nabi pilihan, terpahat dalam torehan tinta emas sejarah. Ajakan memilih lingkungan baik, agar mempengauhi diri menjadi baik. Sang Nabi memberi perumpamaan, berkumpul dengan tukang minyak wangi dan pandai besi. Satu pihak akan kecipratan bau harum, pihak lainnya kecipratan api yang bisa membakar. Tentu bukan bermaksud melebihkan satu profesi, dengan menjatuhkan profesi yang lainnya. Sebagai kiasan saja agar pintar memilih dan memilah, lingkungan pergaulan yang membaikkan atau memburukkan diri.
Ketika gaya hidup ditata seimbang, hati dan pikiran menjadi tenang. Bisa menjadi sebuah keniscayaan, sehat jasmani dan sehat rohani ada digenggaman. Sudah Sehat Hemat Bahagia Pula. (salam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H