Lihat ke Halaman Asli

Agung Great Wong

Pecinta Seni

Yuk Mencoba Mengenal Komunikasi Lintas Budaya, Siapa Tahu Dapat Jodoh Beda Budaya

Diperbarui: 16 Agustus 2021   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

Sebagian interaksi budaya itu bersifat tatap muka, ada sebagian lagi dilakukan melalui media massa dan media sosial. Kemudian sebagian interaksi bersifat selintas atau berjangka pendek, dan sebagian lagi bersifat jangka panjang atau permanen. 

Seperti melancong ke mancanegara, belajar di luar negeri, melobi pengusaha asing, meyakinkan wakil Negara sahabat akan kebijakan politik Negara sendiri, konferensi lintas agama demi perdamaina dunia, penayangan film asing lewat TV swasta nasional, penayangan berita internasional lewat TV baik gratis maupun berbayar, semua itu adalah fenomena komunikasi bernuansa perbedaan budaya.

Seperti yang dikatakan oleh Brinkmann dan Weerdenburg, kita semua orang asing (foreigners) sekarang, sehingga kita dituntut untuk memiliki ketrampilan komunikasi lintas budaya yang memungkinkan kita berkomunikasi secara efektif dengan orang dari budaya lain.

Dalam mempelajari komunikasi lintas budaya, adalah penting untuk memiliki sebuah cara pandang yang "netral" terhadap suatu pandangan relativisme budaya. Seorang antropolog ternama Perancis, Claude Levi-Strauss (1908-2009), menyatakan bahwa : "Relativisme budaya mengasumsikan bahwa suatu budaya tidak memiliki kriteria absolut untuk menilai aktivitas-aktivitasnya sendiri, karena para anggotanya adalah para pelakunya dan para pengamatnya.

Tanpa harus meninggalkan Negara kita sendiri, fenomena komunikasi lintas budaya ini tampaknya telah, sedang dan akan sering kita alami, baik disengaja maupun tidak. Perkenalan dengan seseorang di kota yang sama, pergaulan mahasiswa Jawa dan mahasiswa luar Jawa, dialog antaragama dalam satu kelompok agama, pada dasarnya merupakan komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya, seberapa kecil pun kadar perbedaan budaya tersebut. 

Orang-orang tersebut sering dikategorikan ke dalam subkultur atau ko-kultur tertentu, yaitu suatu kelompok yang berbeda dari kelompok-kelompok lainnya dalam budaya yang sama.

Fenomena-fenomena komunikasi antara komunitas-komunitas berbeda budaya tampaknya juga semakin rumit sejalan dengan semakin beragamnya konsep diri, minat, kepentingan, gaya hidup, kelompok rujukan, system kepercayaan, dan nilai-nilai yang berkembang.

Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunikasi bahasa, maka komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya.

Secara tradisional komunikasi antarbudaya (intercultural communication) berbeda dengan komunikasi lintas budaya (cross-cultural communication). 

Menurut Knapp et al., komunikasi lintas budaya digunakan untuk membandingkan budaya-budaya, misalnya suatu bentuk penggunaan Bahasa. Namun jika fokusnya adalah interaksi yang berlangsung di antara anggota-anggota budaya yang berbeda, maka itu disebut komunikasi antarbudaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline