Dalam rentang sejarah Indonesia perubahan-perubahan mendasar terjadi pada saat bangsa ini dipimpin oleh tokoh yang berusia 35-55 tahun. Lebih dari usia itu yang terjadi adalah kepemimpinan yang otoriter dan lamban terhadap perubahan. Kita bisa lihat, tatkala Proklamasi 1945 dikumandangkan, Sukarno (1901) berusia 44 tahun dan Hatta (1902) berusia 43 tahun.
Dalam rentang sejarah Indonesia berikutnya, Soeharto (1921) mencapai masa emasnya pada usia 45 tahun ketika berhasil menyingkirkan Sukarno yang pada 1966 berusia 65 tahun. Bagi golongan muda yang rindu perubahan (Generasi 66), Sukarno saat itu dinilai lamban dan otoriter dalam menjalankan pemerintahannya. Sementara Hatta tidak merasakan dijungkalkan oleh generasi perubahan karena pada 1956 ketika usianya 54 tahun atau masa-masa sebelum ia memasuki usia otoriter dan kolot.
Mirip dengan Sukarno, Soeharto akhirnya lengser dari jabatannya pada 1998, ketika itu pemimpin Orde Baru tersebut berusia 77 tahun. Sama seperti Sukarno, Soeharto dianggap lambat dan otoriter dalam menangani masalah krisis ekonomi dan politik di Indonesia. Dan sinyal kemunduran pemerintahan Soeharto sudah dimulai pada 1981 ketika usianya menginjak 60 tahun. Yang terjadi masa itu, bisnis keluarga Soeharto mulai memonopoli ekonomi Indonesia.
Entah kebetulan atau demikian seharusnya yang terjadi, Gubernur Jakarta terpilih, Jokowi, berusia 51 tahun. Sementara Ahok, wakilnya, berusia 46 tahun. Dan kita sama-sama tahu calon incumbent Gubernur DKI kemarin Fauzi Wibowo usianya sudah 64 tahun dan Nachrowi Ramli 61 tahun. Sama seperti pemimpin-pemimpin yang berusia 60an tahun, Fauzi dinilai banyak kalangan gagap terhadap gairah perubahan dan ide-ide segar generasi muda.
Dalam konteks sejarah Indonesia kontemporer, mereka yang lahir pada tahun 60-70an telah memasuki usia emas. Mereka yang terlahir pada tahun 60-70an sedang berjuang untuk mengambil alih tampuk kepemimpinan bangsa yang pada saat ini masih berusaha dipertahankan oleh generasi 40-an dan 50-an. Entah kebetulan atau memang demikian yang seharusnya terjadi generasi 60-70an inilah yang memenangkan pemilihan Gubernur atau Bupati di berbagai daerah di Indonesia akhir-akhir ini.
Perubahan dan kemajuan yang lebih cepat sepertinya menjadi dambaan masyarakat dan hal itu ada pada pemimpin-pemimpin yang relatif muda. Setidaknya mereka berani untuk tampil beda dan peka terhadap dinamika di masyarakat. Hal terutama dari pemimpin-pemimpin yang memasuki usia emas itu adalah gairah mereka terhadap kemajuan sangat besar dibandingkan dengan mereka yang uzur. Dan sebaiknya mereka yang kolot ini harus disingkirkan dari daftar orang yang dipilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H