Lihat ke Halaman Asli

Anggi

Mahasiswa stiem Bongaya Makassar semester lima

Takut "Suap Suara", Pemilu 2024

Diperbarui: 20 Juli 2023   15:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagaimana mencerdaskan pemilih saat pemilu serentak 2024 mendatang, siapa yang bertanggung jawab terhadap wajib pilih yang memilih menerima sogokan atau suap untuk memberikan hak suaranya kepada capres dan cawapres pilihannya, begitu juga caleg yang mereka pilih, atau pimpinan daerah seperti bupati, walikota dan gubernur di tingkat provinsi. Penulis merasa prihatin dengan keadaan wajib pilih yang lebih dominan menerima barang, atau uang demi menyalurkan hak suaranya. Mereka tidak perduli bahwa suara mereka sangat berarti untuk daerah dan Indonesia  lima tahun ke depan. 

Fakta di lapangan dengan pemilihan kepala desa saja sampai membagikan uang suap 100 rb hingga 500 rb perorang di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan. Cuma desa-desa itu tidak perlu di sebutkan dalam tulisan ini demi menjaga stabilitas pemerintah an yang kini sedang berjalan. Selain uang ada juga oknum kepala desa terpilih mengerahkan power tokoh masyarakat dengan aparat keamanan yang hingga mengancam masyarakat untuk memilih kandidat tertentu. Hal yang demikian ini tentu mengotori dan mencederai Demokrasi kita. Akhirnya yang lebih mengkhawatirkan karena kepala desa terpilih, masyarakatnya kebanyakan sudah tidak lagi sejalan dengan pemerintah desanya. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline