Akhir - akhir ini isu stunting menjadi ramai dibicarakan. Terlebih Presiden Joko Widodo melalui Perpres Nomor 72 Tahun 2021 menjadikan stunting sebagai isu prioritas nasional yang perlu segera dilakukan upaya-upaya percepatan penurunan dan pencegahan. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang terjadi dalam kurun waktu yang lama yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Terdapat 3 dampak buruk stunting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Yang pertama adalah gangguan pertumbuhan atau gagal tumbuh yang ditandai dengan tinggi anak lebih pendek dari tinggi ideal anak se-usianya (Kerdil).
Yang harus diperhatikan adalah tidak semua anak kerdil itu stunting, tetapi stunting pasti kerdil. Banyak orang tua yang menganggap bahwa anak yang kerdil adalah faktor genetik (keturunan). Padahal tubuh pendek akibat stunting dapat dicegah.
Dampak yang kedua adalah gangguan perkembangan dan kognitif. Anak stunting mengalami keterhambatan kemampuan kognitif, motorik, dan verbal karena pada saat perkembangan sel-sel otak di kandungan dan saat baduta, janin dan bayi mengalami kekurangan nutrisi sehingga pekembangan sel-sel otak tersebut terhambat yang berdampak pada gangguan kognitif. Selain itu, dampak lain yang dapat terjadi adalah gangguan metabolisme. Anak-anak stunting cenderung rentan mengalami penyakit-penyakit karena menurunnya fungsi kekebalan tubuh akibat kurangnya asupan nutrisi dalam waktu yang panjang.
Upaya pencegahan stunting yang harus dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pengasuhan 1000 Hari pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan (selanjutnya disingkat 1000 HPK) merupakan masa awal proses kehidupan manusia yang dimulai sejak awal konsepsi atau 270 hari selama kehamilan dan 730 hari hingga anak berusia 2 tahun.
Pada masa ini terjadi proses pembentukan, pertumbuhan, dan perkembangan yang sangat cepat. Pada periode ini juga status kesehatan fisik, kesehatan dan kecerdasan (kognitif) sangat ditentukan. Kegagalan pada periode ini akan berpengaruh pada periode pertumbuhan dan perkembangan anak berikutnya. Pemberian gizi yang kurang optimal pada masa ini juga dapat berakibat kurangnya tinggi badan, daya tahan tubuh yang lemah, kurangnya perkembangan kognitif, serta timbulnya penyakit degeneratif lain pada saat dewasa nantinya. Oleh karena itu, orang tua perlu mengoptimalkan pengasuhan periode 1000 HPK. Ketika calon ibu merencanakan kehamilan, maka perlu memastikan keadaan gizi dan kesehatannya optimal. Selama masa kehamilan, calon ibu harus memperhatikan asupan gizi karena sangat menentukan status kesehatan ibu dan proses pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya.
Ketika buah hati lahir, terdapat standar emas makanan bayi yang harus diberikan. Saat bayi baru lahir penting untuk dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu) dengan kondisi skin-to-skin. ASI yang pertama keluar berwarna kekuningan mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk mematikan bakteri. Setelah itu, bayi diberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.
ASI Eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan hingga berusia enam bulan (0-6 bulan), tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
Memasuki usia 6 bulan anak mulai diperkenalkan beberapa Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Masa ini sangat menentukan pola makan anak pada masa yang akan datang. Jenis, jumlah, tekstur, konsistensi, dan frekuensi MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia anak. ASI tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun. IMD, ASI Eksklusif, MPASI, dan melanjutkan ASI hingga 2 tahun inilah yang disebut dengan standar emas makanan bayi. Proses pengasuhan dan pemenuhan gizi sejak bayi dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun inilah yang akan menentukan status kesehatan anak di usia-usia selanjutnya. Jika pengasuhan 1000 HPK dilakukan dengan baik, maka anak akan terhindar dari risiko stunting Oleh karena itu, pengasuhan 1000 HPK ini penting untuk dilakukan untuk mencegah terjadinya stunting
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H