Lihat ke Halaman Asli

Agung Widiatmoko

Pekerja Biasa

Realitas Sosial dan Dinamika Organisasi, Komunitas, Yayasan, LSM dan Lain-lain

Diperbarui: 28 Juli 2024   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Realitas komunitas/dokpri

Kenapa orang jarang sekali ikut dan mau meramaikan atau aktif dalam komunitas, organisasi dan apapun? Karena selama ini komunitas, organisasi, atau LSM tersebut tidak mampu mengimbangi atas kontribusi seseorang, misalkan saja setiap komunitas mengharapkan anggotanya, pengurusnya dan lain lain untuk selalu aktif dan selalu ada kegiatan, tapi pada kenyataanya, komunitas tersebut tidak memberikan feedback sama sekali, belum lagi memberikan efek saling memberikan kebaikan atau keuntungan kepada pengurus maupun anggotanya tetapi justru malah membebankan setiap urusan termasuk pembiayaan dan lain lain justru kepada pengurusnya. Sedangkan kesulitan kesulitan mereka misalkan dalam segi ekonomi dan lain lain tidak pernah mereka pikirkan.

Resikonya adalah komunitas seperti ini sangat rawan bagi pengurusnya yang mempunyai prinsip dan idealisme tidak cukup kuat akan terjebak dalam realitas kesehariannya dan bisa saja menggunakan nama sebuah komunitas, LSM, organisasi dan apapun untuk mengamen dan mencari penghidupan didalam nya, atau bahasa kasarnya menjual nama komunitas dan lain lain untuk keuntungannya, dan keuntungan pengurus lainya.

Tidak jarang kita temukan faktanya bahwa komunitas a,b,c atau yayasan a,b,c, organisasi, , LSM dan lain lain yang berkeliling menyodorkan proposal demi sebuah kegiatan dan sasarannya ngawur, harapanya adalah memenuhi target bahkan kalo bisa mendapatkan keuntungan dari situ, kenapa demikian? Karena mereka terdesak realitas ekonomi, apakah ini salah mereka? Tidak.

Jika ditarik benang merahnya ini bukan kesalahan pihak pihak yang mencari cari keuntungan  walaupun memang ada beberapa yang bermental demikian, tetapi pada kenyataannya, setiap kegiatan selalu membutuhkan yang dinamakan biaya operasional, entah itu untuk sekedar ngopi, ataupun sekedar mondar mandir membeli bensin.

Setiap manusia memiliki ego personal masing masing, bagi yang perekonomiannya diatas rata rata mungkin memang bukan masalah, tapi bayangkan jika pengurusnya tidak memiliki pekerjaan, mempunyai tanggungan, keluarga, hutang dan lain lain, apalagi jika komunitas tersebut bergerak di bidang sosial, ego personal nya akan merasa tidak sampai hati atau tidak enak jika harus membicarakan soal operasional dan keuangan, meskipun ada yang berani menabrak hal itu dan berbicara terus terang, tetapi sangat sedikit yang berkemungkinan akan mampu menyuarakan, akhirnya mereka biasanya mengambil jalan tengah yaitu mencari sumber lainya dengan mengatasnamakan organisasi, komunitas, LSM, dan lain lain.

Lalu apa yang harus dilakukan komunitas, LSM, yayasan, Organisasi itu seharusnya? Harus mempunyai plan yang jelas, bagaimana mengatasi soal operasional, apakah harus ada donasi bulanan atau mingguan, sehingga siapapun kelak yang akan menggantikan peran menjadi pengurus tidak merasa kesulitan, dan terbebani dengan semuanya, karena kesulitan setiap orang itu selalu ada dan berbeda beda. Agar fungsi komunitas, yayasan , organisasi, LSM tadi berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan.

Hal ini diluar konteks ridho dan tidak ridho, ikhlas dan tidak ikhlas, tapi ini kepada realitas sosial yang dialami setiap individu dalam kehidupannya diluar komunitas, yayasan dll tadi. Bahwa kita harus mengetahui juga dan sadar setiap orang mempunyai kebutuhan hidup yang tidak sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline