Lihat ke Halaman Asli

Agus Fatoni

Mahasiswa

Mencintai Rasul dan Ahlul Bait-nya Lewat MPR Way Kanan

Diperbarui: 17 Maret 2022   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis; Ags Fatoni; Jamaah Majelis Pecinta Rasulullah SAW (MPR) Way Kanan

Diinisiasi oleh tiga orang ustadz Kampung. nampaknya Majelis Pecinta Rasulullah SAW Way Kanan atau biasa disingkat MPR Way Kanan yang saat ini telah menginjak usia 5 tahun kini mulai dikenal dan diminati umat muslim Way Kanan khususnya para remaja. Nama MPR Way Kanan sendiri di berikan langsung oleh ahlul bait Rasulullah SAW, Habib Abdurrahman bin Hasan Al-Haddad pimpinan MPR Lampung sekaligus pembina MPR Way Kanan. dalam aktivitasnya, setengah dekade perjalanan MPR Way Kanan membumikan shalawat di kabupaten way kanan, meski tak mudah merealisasikannya namun nampaknya karakter keistiqomahan selalu melekat pada diri para pengurus dan jamaahnya.

Rutinan dari MPR Way Kanan sendiri dilakukan setiap seminggu sekali tepatnya di malam sabtu ba’da isya. dalam aktivitas rutinanya bukan hanya pembacaan sholawat maulid simtudduror, saat dimulainya pembacaan sholawat dan maulid simtudduror selalu diselipkan dengan kajian-kajian tentang sejarah Rasulullah SAW, untuk mengenal secara menyeluruh sosok kemuliaan dan keagunganya, dengan mengenalnya niscaya akan bangkit kecintaan kepada Rasulullah SAW dan Ahlul bait-nya.

Rasulullah SAW Teladan Terbaik

Tidak ditemukan dalam al-Quran seorang pun yang dijuluki dengan Rahmat, kecuali Rasulullah Muhammad SAW, dan tidak juga satu pun makhluk yang disifati dengan sifat Allah ar-Rahim, kecuali Rasulullah Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang, karunia, dan nikmat yang diberikan kepada makhluk-nya di seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin). Rahmatan lil alamin menunjukkan bahwa kehadiran Rasulullah SAW di tengah kehidupan masyarakat mewujudkan rasa kedamaian dan ketentraman bagi alam semesta dan manusia tanpa membedakan agama, suku, dan ras. Rasulullah SAW sendiri menjadi rahmat bagi semesta, termasuk di dalamnya adalah hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Hal ini sesuai dengan apa yang terkandung dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 107, yaitu:

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Dalam tafsir al-Mishbah karya monumental M. Quraish Shihab meski redaksi QS. Al-Anbiya’ (21) ayat 107 itu sangat singkat tetapi mengandung makna yang sangat luas. Hanya dengan 5 kata yang terdiri dari 25 huruf, termasuk huruf penghubung, ayat ini merangkum empat hal pokok, yaitu:

1). Rasul/utusan Allah, dalam hal ini Nabi Muhammad SAW; 2). yang mengutus beliau dalam hal ini Allah SWT; 3). yang diutus kepada mereka (al-alamiin); dan 4). risalah, yang kesemuanya mengisyaratkan sifat-sifatnya, yakni rahmat yang sifatnya sangat besar sebagaimana dipahami dari bentuk nakirah dari kata tersebut.

Istimewanya, kehadiran Rasulallah SAW adalah sebuah kesemestaan yang mengatasi waktu dan tempat, karena bukan saja membawa ajaran, tapi lebih jauh adalah rahmat yang dianugerahkan Allah SWT. Ayat ini tidak menyatakan bahwa: Kami tidak mengutus engkau (Hai Muhammad) untuk membawa rahmat, tetapi sebagai rahmat atau menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Terdapat empat sifat ketauladanan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Siddik (jujur), Amanah (dapat dipercaya), Tabliq (menyiarkan), dan Fathanah (cerdas). Sifat ini menjadi dasar kepribadian yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW yang menjadikannya figur utama dengan segala nilai kebaikan dan egaliter dalam bersosialisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline