Lihat ke Halaman Asli

Perbaikan Desain Kemasan Untuk Meningkatkan Daya Saing Penjualan Jamu Seduh Di Wilayah Trenggalek

Diperbarui: 28 November 2022   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Label kemasan yang lama. dokpri

Jamu, merupakan minuman tradisional yang sudah tidak asing lagi khususnya magi masyarakat Indonesia. Mengkonsumsi jamu umumnya dipercayai mampu menjadi obat untuk mengatasi berbagai macam penyakit, baik itu penyakit luar ataupun dalam, tidak hanya itu mengkonsumsi jamu secara rutin juga dianggap mampu meningkatkan imunitas tubuh di saat perubahan cuaca yang tidak menentu seperti sekarang ini. SN3 Herbal, merupakan salah satu home industri yang berlokasi di Rt. 22, Rw. 10 Dukuh Ceme Desa Ngadirenggo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek. Home Industri yang memproduksi segalam macam ramuan jamu bubuk atau jamu seduh ini awalnya coba-coba untuk memproduksi jamu serbuk pada masa pandemi sekitar bulan Maret 2020 lalu, namun ternyata dengan semakin tingginya lonjakan kasus Covid-19 ini membuat penjualan jamu serbuk ini meningkat pesat hingga sekarang, jika direkap home industri ini mampu menjual produk miniman sebanyak 40 botol jamu serbuk untuk setiap bulannya. Hal ini tentu semakin membuat Mbak Nina selaku pendiri usaha untuk terus melakukan invoasi dalam produk jamunya. Saat ini kurang lebih terdapat 7 jenis jamu seduh yang diproduksi dengan dua ukuran kemasan, kemasan yang pertama berukuran 100 gr, dan kemasan yang kedua berukuran 250 gr.

Untuk tetap bertahan dalam era persaingan yang ketat, tim pengabdian Universitas Katolik Darma Cendika membantu mitra (Mbak Nina) untuk melakukan pembaruan logo kemasan yang lebih kekinian, dan untuk melebarkan pasar penjualan hingga ke luar kota pada e-commerce, maka dari itu tim pengabdian juga  mendampingi mitra untuk memproduksi produk jamu yang benar agar produk lebih awet, dan mencoba untuk melakukan pengambilan foto produk yang lebih menarik untuk memancing konsumen dalam pasar online.

Label kemasan yang baru. dokpri

Foto Produk, dokpri

Setelah meyelesaikan seluruh program kegiatan pengabdian masyarakat, tim pengabdian melakukan evaluasi terkait dengan proses kegiatan, terdapat beberapa poin yang menjadi pembahasan evaluasi, yakni alat-alat produksi yang tidak ditempatkan secara baik yakni di bawah, sehingga menyebabkan rasa letih yang berlebihan akibat terlalu lama membungkuk, kemudian masih banyak ditemukan gumpalan-gumpalan serbuk dari sisa perebusan akibat tidak konsisten pada saat pengadukan, walaupun sebenarnya gumpalan-gumapalan tersebut masih dapat digunakan dengan cara dihaluskan menggunakan blender kecil, namun tetap saja hal ini menjadi evaluasi karena otomatis akan memperpanjang proses produksi atau proses kerja. Tim pengabdian bersama dengan mitra menjadikan ini sebagai catatan penting dengan harapan agar tidak terulang kembali di kesempatan berikutnya, dan diharapkan mitra dapat segera menemukan alternatif untuk dapat meletakkan alat-alat produksi dengan benar, agar proses produksi tidak terlalu banyak menghabiskan energi.Tim pengabdian juga berpesan kepada mitra untuk terus melakukan update perkembangan bisnis terutama di pasar online, agar nanti apabila pesanan dari konsumen online semakin meningkat, mitra dapat memperhitungkan biaya tenaga kerja tambahan yang dapat membantu proses penjualan hingga produk siap dikirimkan ke tangan konsumen.

Tim Pengabdian Bersama Mitra, dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline