Lihat ke Halaman Asli

Agus Sutikno

Belajar, belajar dan terus belajar.

Cerpen | Senyum Si Dija

Diperbarui: 2 Januari 2020   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

SENYUM SI DIJA...  

Pertemuannya berawal dari seringnya Mas Bimo pergi ke Taman Hiburan Rakyat untuk menonton acara musik reguler disetiap malam malam tertentu.  Paling tidak Mas Bimo ini awalnya seminggu sekali meluangkan waktu untuk menonton live musik ditaman hiburan rakyat dikotanya.

Seringnya ketemu dengan mbake penjaga tiket yang selalu dengan ramah saat melayani (pembelian tiket) kepada Mas Bimo dan saya rasa juga kepada pembeli pembeli tiket yang lain. Yaa memang SOP nya seperti itu kalii mas

Mas Bimo yang sudah 45 tahun ini adalah peternak sapi sukses, petani ulet, tidak merokok, sholat 5 waktu yang hampir tak pernah terlewatkan, juga aktif di kegiatan kegiatan yang diadakan dikelurahannya. Dia bukanlah pamong atau aparat desa, tapi Pak Lurah selalu mengundang Mas Bimo ini sebagai perwakilan  tokoh masyarakat disetiap ada persoalan persoalan didesanya.

Sebagai seorang laki laki, Mas Bimo bisa dikatakan sudah siap segalanya untuk menjalani yang namanya mahligai perkawinan. Pekerjaannya mapan, penghasilan yang lebih dari cukup, sudah ada ditangannya ditambah wajah yang juga tidak mengecewakan. Tapi masalah jodoh masih ditangan Tuhan. Ya, Mas Bimo ini entah kenapa belum menikah sampai diusianya yang sudah menginjak 45 tahun.

Semenjak di tinggal menikah Nurjanah , cinta pertamanya, puluhan tahun silam. Mas Bimo ini seperti menutup hatinya dengan yang namanya wanita. Bagi dia semua wanita hanyalah modus, bisanya hanya menyakiti hati laki laki saja. Itu stigma tentang wanita sebelum dia berjumpa dengan mbake penjaga tiket dimana dikemudian hari Mas Bimo tahu, wanita itu bernama Dija.

Awalnya Mas Bimo hanya dimalam tertentu saja menonton acara musik di taman hiburan. Tapi bayangan senyum Mbak Dija memaksanya untuk datang lagi di malam malam lainnya, hampir setiap malam. Entah acara musiknya apa, yang main siapa, tidak terlalu penting buatnya, yang terpenting adalah bisa melihat senyum si Dija ketika membeli tiket masuk ke tempat itu walau sebentar saja. Senyuman yang telah meruntuhkan tembok angkuhnya terhadap wanita selama ini. 

Mas Bimo kasmaran....

Dari seminggu sekali, Mas Bimo ini pada akhirnya hampir setiap malam datang menonton di taman asmaranya itu. Dan selalu berharap Dija ada didalam tiket box, menyapanya dengan anggukan, memberi senyum manisnya seperti biasanya. Detik itulah pertunjukan yang sebenarnya bagi Mas Bimo sekarang. 

Berbulan bulan sudah Mas Bimo melakukan hal yang sama di setiap malamnya. Akhirnya tidak merasa cukup hanya bisa menikmati senyum si Dija ini sebentar saja. Mas Bimo ingin lebih dari itu. Mengenalnya lebih jauh dan menikmati lebih lama lagi senyum si Dija. 

Pada akhirnya dengan pertimbangan yang sangat matang, Mas Bimo memberanikan diri menyelipkan kertas kecil didalam lipatan uangnya bertuliskan nama dan nomor hapenya. Dia merasa harus memulainya, tidak bisa hanya seperti yang sudah sudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline