Lihat ke Halaman Asli

Membaca.......Sebagai Sebuah Habbit?

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat saya bersama anak mengunjungi sebuah toko buku ternama dibilangan Matraman Jakarta Timur, tanpa sengaja bertemu dengan seorang tetangga yang juga sedang berada disana bersama keluarganya. Kami berdua sempat berbincang ringan seputar kabar dan kegiatan rutin di kantor. Pada akhirnya perbincangan mengarah pada pembicaraan seputar (kebiasaan) keluarga. Sang teman menyampaikan sebuah permasalahan (kalau boleh disebut demikian), yaitu perihal rutinitas si anak yang setiap hari minggu selalu mengajak ke toko buku, entah untuk membeli buku atau hanya sekedar membaca ditempat.

Telusur punya telusur, rupanya sejak kecil (saat anak sudah mulai bisa membaca), teman tersebut selalu membiasakan anaknya untuk membaca dan secara rutin selalu mengajak ke toko buku. Tanpa disadari kebiasaan tersebut rupanya tertanam dalam benak maupun kebiasaan si anak, sehingga setiap minggu seperti sudah merupakan sesuatu yang rutin (mungkin semacam kecanduan) untuk pergi ke toko buku.

Saat sambil berjalan mengiringi sang teman, saya sempat memperhatikan si anak sedang duduk dilantai sambil membaca disalah satu lorong kumpulan buku-buku tentang science, tanpa mempedulikan lingkungannya dia asyik membaca dan sekali-kali membalik-balik kembali ke halaman depan dari buku tersebut. Saya sempat tertegun dengan tingkah laku si anak kecil (kelas 2 SD) tersebut yang dengan serius menikmati sebuah buku. Rupanya keheranan saya tersebut diperhatikan oleh sang bapak dan sambil tersenyum dia berkata, "ya begitulah kebiasaan dia kalau sudah dihadapkan dengan sebuah buku, seolah-olah toko buku ini seperti perpustakaan miliknya".

Lebih lanjut saya meneruskan perbincangan tentang budget yang dikeluarkan secara rutin untuk kebutuhan anak membeli buku. Sang teman tidak menyebutkan jumlah nominalnya, namun dia hanya bercerita kalau dia sekian lama adalah seorang perokok berat, namun setelah atas kesadaran diri untuk berhenti merokok, maka budget yang sebelumnya digunakan untuk "keperluan pribadi" tersebut dialihkan untuk kebutuhan sang anak yang jelas-jelas merupakan aset yang paling berharga bagi dia. Disini bisa kita memetik sesuatu yang amat sangat berharga, dalam satu keputusan ada beberapa manfaat serta nilai strategis yang bisa diambil yaitu sang teman berhenti merokok (dengan tidak bermaksud untuk mempengaruhi para perokok) jelas akan membuat sehat yang bersangkutan, termasuk minimal lingkungan keluarganya (sebagai perokok pasif), dan satu hal lagi kebutuhan dan hak sang anak untuk menjadi cerdas bisa terpenuhi. Suatu keputusan yang sagat bijak dan mulia dari seorang sahabat.

Sambil terus berbincang dan dengan sekali-kali membuka-buka buku (walaupun tidak dibaca secara serius), sekali lagi saya sempat dibuat harus berpikir oleh sang teman. Dia bilang, dari kebiasaan (membaca) anaknya tersebut, sempat dibuat pusing karena setiap pulang dan sesampai selalu banyak pertanyaan seputar buku yang telah dibaca. Bahkan pernah suatu saat si anak bertanya, siapa penemu lift ? dan dengan terbata-bata sang bapak berusaha mengalihkan pembicaraan dan berjanji akan segera dicarikan jawabannya. Dari pengalaman tersebut maka untuk tidak mengecewakan si anak, setiap ke toko buku tersebut, teman saya juga dipaksa untuk ikut membaca buku. Satu lagi hikmah positif yang bisa kita petik dari kejadian tersebut, yaitu pada akhirnya kita sebagai orangtua tetap masih dituntut untuk selalu "belajar", walaupun secara tidak langsung alasan kita membaca adalah karena ada paksaan dari anak agar bisa mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang kadang muncul tidak terduga.

Di negara-negara maju, jika kita perhatikan masyarakatnya selalu memiliki habbit untuk membaca, manakala mereka sedang dalam tidak melakukan sesuatu pekerjaan, misalkan seorang sopir taksi sambil menunggu penumpang dia membaca koran hari itu. Kondisi ini akan sangat berbeda dengan kebiasaan masyarakat kita. Coba perhatikan saat menunggu angkutan umum, mereka lebih menikmati melihat-lihat keadaan sekitar atau menikmati sebatang rokok yang kesemuanya hanya untuk killing time. Suatu habbit yang sangat berbeda dan tentunya dari habbit tersebut akan berdampak luas kepada kemajuan suatu bangsa (patut untuk direnungkan)

Tanpa saya sadari, rupanya sudah hampir tiga jam kami berbincang tentang satu topik menarik "kebiasaan membaca", dan jika kebiasaan ini bisa menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia, kelak kita sebagai individu minimal bisa berpikiran lebih maju lagi dan pemikiran yang maju tersebut tanpa kita sadari secara tidak langsung kelak akan bisa memajukan bangsa ini. Mari kita mulai habbit ini walaupun hanya sedikit, karena akan lebih parah jika kita tidak pernah mau memulai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline